Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kubu Aburizal Tolak Usul Munas Golkar

Kompas.com - 05/01/2016, 09:36 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Golkar hasil Munas Bali menolak usulan digelarnya Musyawarah Nasional (Munas) bersama yang didorong berbagai pihak, termasuk Wakil Presiden yang juga senior Golkar, Jusuf Kalla.

Alasannya, kubu Aburizal merasa memiliki legalitas untuk menjalankan Partai Golkar.

"Golkar tetap legal. Siapa yang bisa melarang? Apa pemerintah berani keluarkan keppres Golkar partai terlarang? Enggak juga kan," kata Bendahara Umum Partai Golkar hasil Munas Bali, Bambang Soesatyo, saat dihubungi, Selasa (5/1/2016).

Sebelumnya, Menteri Hukum dan HAM telah mencabut surat keputusan (SK) kepengurusan Partai Golkar hasil Munas Ancol yang dipimpin Agung Laksono.

Namun, Menkumham tak mengesahkan kepengurusan Munas Bali yang dipimpin Aburizal Bakrie. (Baca: SK Menkumham Belum Sahkan Pengurus Golkar Kubu Aburizal Bakrie)

Adapun kepengurusan Munas Riau 2009 yang juga dipimpin Aburizal sudah habis masa waktunya pada 31 Desember 2015.

Bambang beranggapan, kepengurusan yang berlaku saat ini adalah kepengurusan Munas Riau. (Baca: Akbar Tanjung Minta Munas Golkar Segera Digelar demi Pilkada 2017)

"Selama belum ada larangan resmi bahwa Golkar partai terlarang, ya yang legal kepengurusan Munas Riau sebagai pengendali partai. Kepengurusan Riau sudah membuat Munas di Bali, tinggal menunggu pengesahan," ujar dia.

Bambang menambahkan, pada Minggu (3/1/2016), pihaknya sudah mendaftarkan kembali kepengurusan Munas Bali ke Kemenkumham dengan mengakomodasi sejumlah pengurus hasil Munas Ancol. (Baca: Generasi Muda Golkar Mendesak Munas dan Pembentukan DPP Transisi)

Bambang mengaku tak hafal siapa saja dari kubu Agung yang diakomodasi. Namun, dia meyakini, Menkumham akan segera menindaklanjuti pendaftaran itu dan mengesahkan kepengurusan hasil Munas Bali.

"Kami santai saja. Yang pasti kami jalan sebagai mana biasa. Yang panik kan hanya pihak Agung Laksono saja," ucap dia.

JK sebelumnya menegaskan bahwa rapimnas Golkar harus digelar. Sebab, dengan adanya rapimnas, waktu pelaksanaan musyawarah nasional (munas) bisa ditentukan. (Baca: JK Minta Digelar Rapimnas Golkar untuk Tentukan Waktu Munas)

"Itu untuk menentukan tanggal munas ya harus rapimnas. Kan gitu," ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (4/1/2016).

Hanya saja, tutur dia, sebelum sampai pada tahapan rapimnas, harus ada kepengurusan Golkar yang diisi oleh kedua kubu, yakni kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. (Baca: Nasib Golkar Dinilai Belum Jelas, Kalla Jelaskan Skema Menuju Munas)

Menurut Kalla, baik Aburizal maupun Agung sudah setuju merumuskan penyatuan pengurus. Pengurus itu berasal dari pengurus hasil Munas Riau, tetapi dilengkapi dengan kubu Agung.

Terkait belum terealisasinya pengurus gabungan itu, Kalla mengatakan bahwa hal itu tinggal masalah waktu. Kalla berharap pekan ini pembicaraan awal penyatuan pengurus itu bisa dimulai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Nasional
TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

Nasional
Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Nasional
Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Nasional
Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

Nasional
Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Nasional
Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Nasional
Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Nasional
Momen Jokowi Jadi Fotografer Dadakan Delegasi Perancis Saat Kunjungi Tahura Bali

Momen Jokowi Jadi Fotografer Dadakan Delegasi Perancis Saat Kunjungi Tahura Bali

Nasional
Berjasa dalam Kemitraan Indonesia-Korsel, Menko Airlangga Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari GNU

Berjasa dalam Kemitraan Indonesia-Korsel, Menko Airlangga Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari GNU

Nasional
Nadiem Ingin Datangi Kampus Sebelum Revisi Aturan yang Bikin UKT Mahal

Nadiem Ingin Datangi Kampus Sebelum Revisi Aturan yang Bikin UKT Mahal

Nasional
Saksi Kemenhub Sebut Pembatasan Kendaraan di Tol MBZ Tak Terkait Kualitas Konstruksi

Saksi Kemenhub Sebut Pembatasan Kendaraan di Tol MBZ Tak Terkait Kualitas Konstruksi

Nasional
Puan Maharani: Parlemen Dunia Dorong Pemerintah Ambil Langkah Konkret Atasi Krisis Air

Puan Maharani: Parlemen Dunia Dorong Pemerintah Ambil Langkah Konkret Atasi Krisis Air

Nasional
Hari Ke-10 Keberangkatan Haji: 63.820 Jemaah Tiba di Madinah, 7 Orang Wafat

Hari Ke-10 Keberangkatan Haji: 63.820 Jemaah Tiba di Madinah, 7 Orang Wafat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com