Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Dorong TNI Beli Amunisi Kaliber Besar PT Pindad

Kompas.com - 13/07/2015, 16:58 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong Tentara Nasional Indonesia untuk membeli amunisi kaliber besar yang diproduksi PT Pindad (Persero). Kalla akan memanggil Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo untuk membicarakan masalah ini.

Hal ini disampaikan Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (13/7/2015), seusai bertemu dengan Kalla.

"Saya juga laporkan bahwa Pindad sudah membuat amunisi kaliber besar. Beliau (Wapres) tanya 'sudah ada yang pesan atau belum', (saya jawab) belum. Dia bilang 'saya akan dorong pengguna, TNI, gunakan amunisi kaliber besar,'" kata Silmy.

Menurut dia, pemerintah tidak ingin anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan senjata hanya mengalir ke pihak asing tanpa adanya manfaat bagi industri pertahanan nasional.

Menurut Silmy, Wapres sangat menaruh perhatian terhadap pengembangan industri pertahanan nasional. Wapres adalah orang yang menginisasikan pembuatan panser Anoa. Pada 2007, Kalla meminta Pindad memproduksi Panser Anoa 6×6 untuk TNI.

Ia juga menyampaikan bahwa Pindad sebenarnya mampu menyediakan alat utama sistem senjata (alutsista) bagi TNI maupun Polri. Sejauh mana kemampuan Pindad bisa dikembangkan, kata dia, hal itu tergantung kepercayaan yang diberikan pemerintah kepada Pindad.

"Selama kesempatan dikasih, kontrak diberikan, enggak ada yang enggak mungkin, kan ada kerja sama. Bagaimana bangkitnya Korea Selatan, bangkitnya Turki dalam alutsista karena pemerintah memberi penugasan," ujar Silmy.

Kepada Pindad, Kalla berjanji akan mengawal agar proses pengadaan alusista oleh TNI turut meningkatkan partisipasi lokal. Di samping membahas pemasaran amunisi kaliber besar, Silmy melaporkan kepada Kalla data pembelian amunisi oleh Kepolisian.

Ia juga berdiskusi dengan Wapres bagaimana pembelian alutsista luar negeri bisa memberikan manfaat maksimal kepada dalam negeri, baik dari segi produksi maupun dari segi transfer teknologi.

Menurut Silmy, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan program offset. Dengan program ini, Indonesia memperoleh nilai tambah dari kerja sama dengan luar negeri. Ia mencontohkan pembelian helikopter Apache kepada Boeing.

"Misalnya pemerintah membeli helikopter Apache, itu kan yang membuat Boeing, nah Boeing itu kan juga bikin pesawat komersial. Kalau kontrak 100 juta dollar AS Apache, ini angka asal ya bukan berita, 35 persennya offset berarti 35 juta dollar AS itu bisa untuk PT DI produksi sayap 737 atau Dreamliner sehingga Indonesia bisa dapat tambahan ekspor, pajak, dan lapangan kerja," tutur Silmy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

Nasional
Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Nasional
Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Nasional
Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nasional
PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Nasional
Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Nasional
Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Nasional
Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Nasional
Pimpin Langsung ‘Tactical Floor Game’ WWF di Bali, Luhut: Pastikan Prajurit dan Komandan Lapangan Paham yang Dilakukan

Pimpin Langsung ‘Tactical Floor Game’ WWF di Bali, Luhut: Pastikan Prajurit dan Komandan Lapangan Paham yang Dilakukan

Nasional
Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Nasional
Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Nasional
KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

Nasional
Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Nasional
Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com