Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres: Singapura Contoh Negara dengan Konsep Kota Cerdas

Kompas.com - 24/03/2015, 11:25 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai Singapura sebagai salah satu negara di kawasan Asia berhasil menerapkan konsep kota cerdas (smart city). Menurut dia, keberhasilan Singapura dalam membangun wilayahnya saat ini tak lepas dari peran mantan Perdana Menteri Singapura, (alm) Lee Kuan Yew.

"Singapura adalah negara kota. Kalau bicara kota cerdas, Singapura adalah di Asia ini kota yang cerdas," kata Kalla saat membuka acara peluncuran Indeks Kota Cerdas Indonesia kerjasama Harian Kompas dengan Perusahaan Gas Negara di Jakarta Convention Center, Selasa (24/3/2015).

Kalla mengatakan, Singapura tak akan bisa semaju saat ini jika tanpa kepemimpinan Lee Kuan Yew. Singapura, menurut dia, selama ini menerapkan aturan yang ketat sehingga melatih kedisiplinan warganya.

"Singapura menjalankan hukuman yang keras kepada pelanggarnya. Jadi bukan hanya teknologinya, tapi juga disiplin masyarakat itu, leadership yang kuat. Buang permen karet sembarangan saja tidak boleh, apalagi yang lain?" ujar Kalla.

Atas dasar itu, ia menilai kota-kota di Indonesia bisa mencontoh Singapura. Wapres berpesan kepada para walikota agar tidak mengobral izin bagi warga sehingga kota bisa lebih tertata.

"Bangun Singapura itu lebih banyak kata 'tidak' dibandingkan dengan 'iya'. Boleh enggak tinggal di rumah biasa? Jawabannya tidak boleh, Anda harus tinggal di rumah susun. Kalau semua orang boleh berjalan di mana saja, pasti kota itu tidak menarik, kotor, dan pasti kota itu tidak menarik untuk wisatawan, pengunjung, dan sebagainya," tutur Kalla.

Ia lalu mencontohkan izin pembangunan hotel yang dinilainya terlalu mudah diberikan. Dengan demikian, hotel-hotel menjamur di sejumlah daerah sehingga persaingan antarhotel semakin ketat.

"Harus seimbang kata 'tidak' dengan 'Iya' agar disiplin kota itu. Terlalu banyak 'tidak' juga akan menyulitkan warga, tetapi kata 'tidak' menjadikan warga disiplin," sambung Kalla.

Ia kembali menekankan bahwa suatu kota yang baik identik dengan kepempinan di kota tersebut. Di samping Lee Kuan Yew, Kalla menyebut mantan pemimpin lainnya yang dia anggap berhasil membangun kota, yakni mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, mantan Wali Kota Padang Syahrul Ujud, serta mantan Wali Kota Makassar Daeng HM Patompo.

"Indeks kota cerdas itu dapat dicapai apabila ada kemauan, leadership, dan disiplin yang kuat. Masih kita tahu bagaimana Ali Sadikin disiplin pada dirinya, Le Kuan Yew disiplin pada dirinya, meludah pun kena hukum, tentu dia tidak meludah sembarangan," kata Kalla.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com