Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ke-90 Jokowi-JK: Tegang Jelang Eksekusi Mati Tahanan Narkotika

Kompas.com - 06/02/2015, 16:27 WIB
Laksono Hari Wiwoho

Penulis

Pemerintahan Jokowi-JK telah genap 100 hari, Selasa (27/1/2015), sejak dilantik pada 20 Oktober 2014. Kebijakan strategis dan langkah politik dari para pejabat baru pemerintahan menjadi sorotan. Kompas.com hari ini menulis 100 artikel yang berisi kebijakan dan peristiwa menonjol yang terjadi dalam 100 hari pemerintahan baru dari hari ke hari.

JAKARTA, KOMPAS.com
 — Akhir pekan pada pertengahan Januari, tensi politik tentang pergantian Kepala Polri mulai mereda. Namun, ketegangan dirasakan oleh keluarga terpidana mati yang akan dieksekusi pada Minggu (18/1/2015) tengah malam.

Di Jakarta, Sabtu (17/1/2015), sejumlah pengamat politik maupun kepolisian mengapresiasi keputusan Presiden Joko Widodo yang menunda pelantikan Komisaris Jenderal Budi Gunawan menjadi kepala Polri. Sekretaris Fraksi Demokrat Didik Mukriyanto memuji langkah Jokowi itu. Menurut dia, Jokowi harus menunggu kepastian status hukum atas Budi, yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Sementara itu, Guru Besar Universitas Pertahanan Salim Said menyebut keputusan itu sebagai solusi terbaik yang tak menyakiti semua pihak. Keputusan itu bisa membuat semua pihak senang meski hanya sementara waktu. (Baca: Jokowi Dipuji atas Keputusannya Terkait Pergantian Kapolri).

Namun, pemberhentian Jenderal (Pol) Sutarman dari jabatan Kapolri menuai tanda tanya. Mengapa Sutarman diberhentikan sebelum masa tugasnya berakhir? Kesalahan apa yang dilakukan Sutarman hingga Presiden tak perlu menunggu lama untuk memberhentikannya? Mantan Wakil Kepala Polri Komjen (Purn) Oegroseno menilai, Sutarman semestinya tidak diberhentikan begitu saja. Bagaimanapun juga, kata dia, tidak ada pelanggaran berat yang dilakukan oleh Sutarman sehingga harus diberhentikan lebih cepat. (Baca: Oegroseno: Sutarman Tidak Bisa Ditendang Begitu Saja).

Eksekusi mati enam napi

Sementara itu, di Jawa Tengah, petugas lembaga pemasyarakatan sibuk dengan persiapan eksekusi hukuman mati terhadap lima warga negara asing dan seorang warga Cianjur yang dipidana dalam kasus narkotika. Di Semarang, napi asal Vietnam tengah menunggu eksekusi yang akan dilakukan di Boyolali. Adapun lima napi lain dieksekusi di Pulau Nusakambangan. (Baca: Pengamanan Dermaga Wijayapura Diperketat Jelang Eksekusi Mati Napi).

Petugas lapas wanita di Semarang telah sejak pagi menutup lapas tersebut dari kunjungan keluarga napi. Sejumlah pengunjung kecele karena baru tahu bahwa hari itu tidak boleh ada kunjungan keluarga.

Adapun di Cianjur, Jawa Barat, keluarga Rani Andriani sudah menyiapkan pemakaman untuk terpidana mati tersebut. Warga di sekitar rumah Rani secara sukarela ikut menyiapkan liang lahat sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi Rani. (Baca: Secara Sukerala Warga Gali Makam Terpidana Mati Rani Andriani)

Hukuman mati ini sempat mendapat protes dari kedutaan-kedutaan besar negara asing yang warganya akan dieksekusi. Brasil dan Belanda sudah meminta Pemerintah Indonesia untuk membatalkan eksekusi warga mereka. Namun, Indonesia bergeming dan meminta agar pihak-pihak yang bersangkutan memaklumi langkah tegas Indonesia dalam memerangi kejahatan narkoba. Akibatnya, Pemerintah Brasil dan Belanda memanggil duta besar mereka di Jakarta. (Baca: Luruskan Opini, Menlu Sebut Belanda dan Brasil Tidak Putuskan Hubungan Diplomatik).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com