Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/01/2015, 07:34 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudonno

Apa kabar Pak Presiden? Semoga Anda selalu sehat dan senantiasa dalam perlindungan Tuhan Yang Kuasa.

Lama juga saya tidak menulis tentang anda. Terakhir saya menulis mengenai Anda sehabis pidato yang menggetarkan di depan forum APEC CEO akhir tahun lalu.

Kala itu Anda memanfaatkan forum APEC CEO Summit di Beijing untuk menawarkan peluang investasi pembangunan infrastruktur yang terkait konektivitas di Tanah Air. Sekitar 500 pemimpin perusahaan terkemuka dari 21 negara di Asia Pasifik tampak antusias dengan paparan Anda pada forum itu, Senin (10/11/2014) pagi.

Dalam forum itu, Anda berpidato tanpa teks, tetapi menyampaikan presentasi dalam bahasa Inggris dan memanfaatkan presentasi di layar lebar yang menampilkan grafis peta Indonesia serta data statistik sebagai penunjang. Itulah paparan perdana Anda di forum internasional sebagai Presiden yang dipuji banyak orang. Anda menyampaikan secara singkat dan jelas.

Begitulah cara Anda berbahasa, menggunakan cara dari definisi bahasa yang paling sederhana, yakni menyampaikan pesan yang terlintas di dalam hati untuk berinteraksi guna menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, dan perasaan.

Sepanjang pidato, nyaris tak ada bumbu-bumbu basa-basi, kecuali saat Anda menunjuk sebuah foto jamuan makan di saat Anda sedang bernegosiasi dengan para pemilik tanah yang dilewati jalan tol lingkar luar Jakarta.

Setelah itu, pada Senin malam, 17 November 2014, anda muncul kembali untuk mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sayang disayang, sehabis pengumuman ini, Anda seperti membiarkan keadaan dan tidak ada upaya untuk megendalikan harga-harga kebutuhan pokok yang terus melambung.

Maka tak heran, jika popularitas Anda langsung melorot, seperti yang dirilis oleh Lingkaran Survei Indonesia Denny JA (LSI) yang merilis hasil survei pasca-kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Dalam survei itu publik kota lebih tak puas dengan kerja anda Pak.

Tercatat publik di desa yang puas sebanyak 47.95 persen, yang tidak puas 44.52 persen, sedangkan yang tidak tahu 7.53 persen. Sementara publik di kota yang puas 35.56 persen, tidak puas 40.00 persen, sedangkan yang tidak tahu 24.44 persen.

Gara-gara naiknya BBM, rakyat pun terbelah menjadi beberapa kelompok. Ada yang langsung menolak dan melakukan aksi unjuk rasa, ada yang mencoba memahami sembari berharap kondisi ekonomi akan membaik, ada yang cuek saja, tapi ada juga yang menjadikan kebijakan menaikkan BBM ini sebagai tambahan amunisi untuk menembaki Anda.

Golongan terakhir itu secara terbuka di berbagai media menganggap langkah dan gebrakan Anda menciptakan peningkatan di banyak sektor. Cuma, peningkatan yang dimaksud oleh pengritik anda justru bermaksud untuk menyindir anda. Misalnya, gara-gara kenaikan BBM, Anda dibilang telah berhasil meningkatkan harga transportasi dan harga kebutuhan pokok secara signifikan.

Lalu,  meningkatnya harga listrik telah sukses menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tarif listrik termahal. Begitu juga dengan meningkatnya harga gas elpiji ukuran 12kg mampu menaikkan harga elpiji ukuran 12 kg tersebut ke angka Rp 134.700. Disusul meningkatnya harga tiket Kereta Api Ekonomi  sebesar 400 persen.

Oleh kenaikan harga barang, transportasi, dan tingginya biaya penggunaan energi inilah, anda dinilai berhasil menempatkan kehidupan rakyat ke tingkat penderitaan yang lebih tinggi hhingga membuat rakyat Indonesia benar-benar semakin tercekik.

Maaf Pak Presiden, anda sepertinya mendiamkan aneka kritik itu. Sampai-sampai pengamat politik anggaran, Uchok Sky Khadafi mengaku heran dengan sikap Anda yang tidak peduli dengan berbagai kritik terhadap berbagai kebijakannya yang dinilai menyengsarakan masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com