Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sajadah dan Air Zam-zam Kenangan Terakhir dari Hayati Lutfiah

Kompas.com - 02/01/2015, 07:57 WIB
Sabrina Asril

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com - Duka mendalam masih melingkupi keluarga besar Soemamik Saeran di Jalan Nila, Desa Sawotaratap, Sidoarjo, Jawa Timur. Keluarga ini kehilangan empat anggota keluarganya yang menjadi penumpang AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura. Pesawat itu jatuh di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah, pada Minggu (28/12/2014) lalu. Salah satu anggota keluarga yang telah diidentifikasi adalah Hayati Luthfiah Hamid (49).

Tiga bingkai foto yang menampilkan Hayati Lutfiah Hamid bersama Djoko Suseno (45), Naura Kanita Rosada Suseno (9), dan Soemamik Saeran dipasang di depan rumah. Keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, anak, dan mertua itu berencana merayakan malam pergantian tahun baru dengan liburan yang tak biasa. Singapura menjadi pilihan sebagai tempat merayakan pergantian tahun.

"Teman saya sempat diajak, Kikin. Fifi (panggilan Lutfiah) bilang mau jalan-jalan ke Singapura, biasanya mereka tahun baruan ke Malang. Tapi katanya mau spesial kali ini," kata Rubi, salah seorang teman Lutfiah saat dijumpai di rumah duka, Kamis (1/1/2015).

Menurut Rubi, perjumpaannya dengan Lutfiah pada Oktober lalu menjadi kenangan terakhirnya bersama alumni SMAN 9 Surabaya itu. Ketika itu, Rubi bersama suaminya, Unang Priyatno mendatangi rumah Lutfiah. Unang dan Lutfiah merupakan teman semasa sekolah.

Dalam kunjungan itu, Rubi dan Unang sama-sama mendapat kado dari perjalanan haji Lutfiah dan suaminya, Djoko. Mereka memberikan Unang selembar sajadah yang dibelinya di Mekkah. Unang mengatakan, saat itu, Djoko seolah mengungkapkan pernyataan perpisahan.

 
"Mas, ini sajadah untuk shalat. Siapa tahu kita enggak akan ketemu lagi, bukan maksud mendahului Tuhan loh ya," ujar Unang menirukan pernyataan Djoko.

Unang pun sempat meminta Djoko yang berprofesi sebagai guru Madrasah Ibtidaiah dan pengusaha jual-beli mobil itu untuk tak berkata aneh-aneh.

Hal yang sama juga dirasakan Rubi yang mendapatkan oleh-oleh air zam-zam dari Lutfiah. Lutfiah, kata Rubi, sempat meminta anaknya, Naura untuk menyajikan air zam-zam kepada Rubi.

 
"Waktu Naura kasih saya gelas untuk coba air zam-zam, Fifi bilang ke anaknya untuk pakai kerudung. 'Nak, kamu cantik lho pakai kerudung'," kenang Rubi.
 
Namun, pernyataan sang bunda tak diindahkan Naura yang masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar itu. Saat itu, Naura mengatakan tak mengenakan kerudung karena sedang di rumah.
 
"Kamu itu pakai kerudung cantik. Mau kapan pakainya? Pas besar? Kalau nanti Mama enggak bisa lihat kamu besar gimana?" ujar Rubi menirukan perkataan Lutfiah.

Pada Minggu (28/12/2014) siang, Unang dan Rubi dikejutkan dengan berita hilangnya AirAsia QZ8501 di perairan Pangkalan Bun. Mereka langsung teringat bahwa Lutfiah dan keluarganya berada dalam pesawat itu. Sehari kemudian, media televisi memberitakan adanya satu mayat yang terapung di perairan dalam kondisi tak bernyawa.

"Ternyata itu Fifi, teman SMA kami. Masya Allah saya enggak pernah menyangka seperti ini. Padahal Fifi orangnya baik, ramah," kata Unang.

Pada Kamis kemarin, jenazah Lutfiag yang telah diidentifikasi dimakamkan di TPU Desa Sawotaratap, yang dekat dengan rumah mertuanya, Soemamik. Lutfiah dimakamkan jauh dari rumahnya karena satu keluarganya turut menjadi korban. Rumah yang ditempati Lutfiah, Djoko, dan Naura kosong.

Selamat jalan, Lutfiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jaksa yang Menangani Kasus Ferdy Sambo Cs Meninggal Dunia

Jaksa yang Menangani Kasus Ferdy Sambo Cs Meninggal Dunia

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Nasional
Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Nasional
Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Nasional
Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Nasional
Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Nasional
Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Nasional
Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com