Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/11/2014, 15:38 WIB

Catatan Kaki Jodhi Yudono

"Republik Cangik" adalah lakon ke-136 yag digelar Teater Koma di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru tanggal 13 sampai 22 November 2014 yang lalu.

Lakon ini merupakan refleksi dari peristiwa politik yang terjadi di Indonesia. Di sana ada suksesi kepemimpinan nasional. Ada calon-calon pemimpin sebelum Pilpres berlangsung seperti Santunugaru, pria gagah yang gemar berkuda dan hobi menembak, ada Dudungbitung seorang mantan prajurit yang suka menembak mati siapapun termasuk salah satunya teroris. Calon ketiga adalah Gaitobakari, ia dikenal sebagai seseorang yang pernah membuat pulau lumpur, terakhir, satu-satunya calon perempuan bernama Binantimiyugama, ia seorang Adipati yang terobsesi menjadi Maharatu.

Kemudian, ada Jaka Wisesa, seorang pria jagoan Cangik. Sebelum dicalonkan Cangik sebagai calon maharaja, Jaka Wisesa sempat dimajukan Cangik sebagai Wali kota. Sebelum selesai tugasnya sebagai wali kota, Jaka Wisesa pun dimajukan untuk menjadi gubernur di Ibu Kota. Kini, belum rampung memimpin Ibu kota, Cangik kembali memajukan Jaka Wisesa sebagai calon maharaja.

Nah, mirip dengan apa yang terjadi di negeri ini, bukan?

Berbarengan dengan kasak-kusuk yang terjadi di elit politik Republik Cangik alias republik yang kerap berisik oleh urusan politik, mulai dari perseteruan dua kubu di DPR, pengangkatan Jaksa Agung Prasetyo yang dinilai bermuatan politis; rakyat Republik Cangik juga tak kalah serunya dalam berkasak-kusuk. Jika para politisi itu membuat manuver-manuver pernyataan yang bikin berisik, maka rakyat cilik cukup dengan klenik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, klenik berarti kegiatan perdukunan (pengobatan dsb) dengan cara-cara yg sangat rahasia dan tidak masuk akal, tetapi dipercayai oleh banyak orang. Namun makna itu kemudian berkembang tak hanya urusan pengobatan belaka, melainkan juga semua hal yang tak masuk akal dan dipercaya atau diperhatikan banyak orang.

Kabar dunia klenik yang paling aktual adalah berita seorang pria yang dapat mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya. Semula, ada sebagian masyarakat yang memercayainya, meski akhirnya ketahuan bahwa ini hanyalah sebuah tipuan belaka yang terungkap setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap Sinin oleh Dinas Kesehatan Jakarta di RSUD Koja. Sebetulnya, sejak kabar mengenai Sinin beredar, Kepala dokter IGD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Dedi, sudah tidak percaya.

Kabar kedua yang menghebohkan adalah tentang Putra Kandias, remaja yang mengaku berasal dari tahun 2035. Awalnya, ia memang mengaku kalau akun yang ia gunakan di medsos adalah akun milik remaja bernama Imam Anhari Fauzy. Di laman tersebut tampak foto profil seorang remaja lelaki yang mengenakan baju batik SMP.

Saat ditelusuri, dari baju batik yag dikenakan, Imam ternyata siswa SMP Negeri 16 Palembang. Imam sengaja mengatur keamanan facebooknya agar tak bisa dilihat oleh orang yang tak berteman dengannya. Namun ia tergabung di grup SMP Negeri 16 dan pernah mengunggah tulisan di grup tersebut.

Putra Kandias bersikukuh kalau ia berasal dari masa depan. Di laman facebooknya, ia mengunggah sebuah foto yang ia beri nama Mesin Giling Super Jet dari tahun 2035. Lucunya, orang-orang langsung mengomentari kebohongan tersebut dengan menunjukkan bukti kalau mesin giling tersebut hanyalah mesin giling biasa. Bahkan mesin giling tersebut sebenarnya digunakan untuk menggiling daging, bukannya tahu seperti pernyataannya.

Sebelum Sinin dan Putra Kandias menjadi perbincangan hangat, banyak persitiwa serupa yang juga tak kalah serunya menjadi pembicaraan seru di tengah masyarakat.

Pada tahun 2011 ada nama Ponari dengan batu petirnya yang konon mampu menyembuhkan beragam penyakit. Hampir tiap hari selalu ada pengunjung minta diobati air celupan batu petir Ponari. Setiap tamu yang datang, meski tak pernah diminta dan dipatok tarif, rata-rata memberikan uang Rp 20.000.

Tak heran jika keluarga Ponari mampu memperbaiki rumah dan membeli sawah. Untuk rumah dan tanah yang ditempati, kira-kira menghabiskan biaya Rp 250 juta. Sedangkan untuk pembelian sawah dan pekarangan, mendekati Rp 1 miliar.

Keluarga Ponari kini menempati rumah cukup mentereng untuk ukuran desa setempat. Dindingnya terbuat dari tembok dengan cat dominan warna putih, berlantai keramik mengkilap. Padahal, sebelum Ponari menemukan batu petir dan menjadi dukun cilik, rumahnya terbuat dari anyaman bambu dengan lantai tanah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panglima TNI Perintahkan Pengamanan Pilkada Harus Serius karena Ancaman dan Risiko Lebih Besar

Panglima TNI Perintahkan Pengamanan Pilkada Harus Serius karena Ancaman dan Risiko Lebih Besar

Nasional
Hari Pertama Penyerahan Dukungan, Mayoritas Provinsi Nihil Cagub Independen

Hari Pertama Penyerahan Dukungan, Mayoritas Provinsi Nihil Cagub Independen

Nasional
Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

Nasional
Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

Nasional
PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara 'Gaib' di Bengkulu

PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara "Gaib" di Bengkulu

Nasional
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, KIP: Merupakan Informasi Terbuka

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, KIP: Merupakan Informasi Terbuka

Nasional
WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

Nasional
Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Nasional
Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Nasional
Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Nasional
Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Nasional
Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Nasional
Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Nasional
KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

Nasional
Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com