Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Totalitas dalam Berpolitik...

Kompas.com - 09/10/2014, 14:58 WIB


KOMPAS.com - KIPRAH Koalisi Merah Putih di parlemen belakangan ini memperlihatkan bahwa kerja keras dan totalitas mutlak dibutuhkan untuk memenangi ”pertempuran” politik. Terlepas dari baik atau buruk kemenangan itu, layak atau tidak layak bagi rakyat, faktanya kemenangan telah berhasil digenggam oleh koalisi yang dalam pemilu presiden lalu mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa itu.

Begitu kuatnya kehendak untuk menang dalam perebutan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat periode 2014-2019, Prabowo yang juga Ketua Umum Partai Gerindra melangkah ringan menuju ruang fraksi partainya di Lantai 15 Gedung Nusantara I DPR, Selasa (7/10) pagi. Dia turun langsung mengobarkan semangat bagi kader Partai Gerindra untuk membantu Koalisi Merah Putih (KMP) merebut kursi pimpinan MPR.

Hari itu, tidak hanya Prabowo yang turun ke lapangan. Ketua Presidium KMP yang juga Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, juga menyempatkan diri melobi sejumlah tokoh di Hotel Mulia, Jakarta, yang berada di samping Kompleks Parlemen. Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham, yang juga Koordinator Harian KMP, pun beberapa kali memimpin rapat KMP di DPR.

Pada Selasa itu, wartawan juga dikejutkan oleh beredarnya ”arahan Ketua Umum DPP Partai Golkar”. Enam butir arahan itu berisikan strategi pemenangan KMP dalam perebutan kursi pimpinan MPR.

Meski Wakil Sekjen Partai Golkar Lalu Mara Satriawangsa menyangkal kebenaran arahan Ketua Umum Golkar tersebut, isi arahan itu patut diacungi jempol. Butir keenam, misalnya, berbunyi, ”Syarat kemenangan, kita harus mengambil 28 suara dari Partai Golkar serta minimal mengambil 22 orang dari unsur DPD lainnya yang berafiliasi dengan Partai Golkar. Jadi, total 50 suara”.

Dinamika internal di Partai Golkar selama ini telah mengasah para kadernya untuk memenangi pertempuran, termasuk saat menghadapi pemungutan suara (voting). Kerasnya pertarungan saat perebutan ketua umum partai itu diakui merupakan salah satu ”sekolah” politik terbaik.

Kondisi sebaliknya terjadi di sejumlah partai anggota Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang dalam pemilu presiden lalu mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK). Kuatnya ketokohan di KIH membuat hampir setiap pengambilan keputusan didorong dengan aklamasi. Tradisi ini menjadi salah satu faktor yang akhirnya memperlemah kelihaian manuver KIH.

Parlemen

Jokowi-JK yang diusung KIH memang berhasil memenangi pemilu presiden. PDI-P, anggota KIH, juga meraih suara terbanyak di Pemilu Legislatif 2014.

Namun, dalam pertarungan di parlemen belakangan ini, KIH dipaksa menelan lima kekalahan tanpa mampu membalas. KMP mengalahkan KIH dalam pembahasan UU tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, Tata Tertib DPR, UU Pilkada, pemilihan pimpinan DPR, dan terakhir pemilihan pimpinan MPR yang berakhir Rabu dini hari.

Terlepas apa penyebabnya, KIH gagal mengantisipasi ”gerakan tipuan” KMP plus Fraksi Partai Demokrat di DPR dalam voting UU Pilkada. Boleh jadi KIH juga gagap menghadapi ”jurus kembangan” KMP saat perebutan pimpinan MPR.

KIH memang berhasil menggaet Fraksi PPP dalam pemilihan pimpinan MPR. Namun, benarkah ada soliditas atas 39 suara PPP saat pemilihan pimpinan MPR? Selisih suara KIH dan KMP hanya 17 suara. Soliditas PPP dan DPD terasa menentukan.

”PPP selalu solid,” kata Sekretaris Majelis Pakar PPP Ahmad Yani. Namun, voting yang dilakukan secara tertutup menjadikan pernyataan Yani itu sulit dibuktikan kebenarannya dalam pemilihan pimpinan MPR lalu.

Koalisi rakyat

Penguasaan parlemen oleh KMP akhirnya memicu kekhawatiran digunakannya parlemen untuk menjegal pemerintahan Jokowi-JK. Program pemerintah dapat diganggu dengan dalih pengawasan. ”Ini tantangan berat bagi Jokowi-JK,” kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Erwan Agus Purwanto.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sistem Pemilu Harus Didesain Ulang, Disarankan 2 Model, Serentak Nasional dan Daerah

Sistem Pemilu Harus Didesain Ulang, Disarankan 2 Model, Serentak Nasional dan Daerah

Nasional
Brigjen (Purn) Achmadi Terpilih Jadi Ketua LPSK Periode 2024-2029

Brigjen (Purn) Achmadi Terpilih Jadi Ketua LPSK Periode 2024-2029

Nasional
JK Bingung Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Bisa Jadi Terdakwa Korupsi

JK Bingung Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Bisa Jadi Terdakwa Korupsi

Nasional
Jadi Saksi Karen Agustiawan, JK: Kalau Perusahaan Rugi Direkturnya Harus Dihukum, Semua BUMN Juga Dihukum

Jadi Saksi Karen Agustiawan, JK: Kalau Perusahaan Rugi Direkturnya Harus Dihukum, Semua BUMN Juga Dihukum

Nasional
Terseret Kasus Gubernur Maluku Utara, Pengusaha Muhaimin Syarif Punya Usaha Tambang

Terseret Kasus Gubernur Maluku Utara, Pengusaha Muhaimin Syarif Punya Usaha Tambang

Nasional
Bertemu Khofifah, Golkar Bahas Pilkada Jatim, Termasuk soal Emil Dardak

Bertemu Khofifah, Golkar Bahas Pilkada Jatim, Termasuk soal Emil Dardak

Nasional
Ketua Panja Sebut RUU Kementerian Negara Mudahkan Presiden Susun Kabinet

Ketua Panja Sebut RUU Kementerian Negara Mudahkan Presiden Susun Kabinet

Nasional
Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta 'Reimburse' Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta "Reimburse" Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

Nasional
KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

Nasional
Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Nasional
Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Nasional
Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Nasional
KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

Nasional
Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Nasional
Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com