Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tujuh Instruksi Presiden untuk Pencegahan Paham ISIS

Kompas.com - 14/09/2014, 23:18 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengeluarkan tujuh butir instruksi untuk mencegah penyebaran paham Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). SBY meminta agar semua pihak menekankan upaya pencegahan melalui tokoh agama hingga pencegahan berpergian ke luar negeri.

"Pertama, kepada kementrian lembaga terkait agar mencegah, WNI yang berangkat ke Timur Tengah yang bergabung dengan ISIS," ujar Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (14/9/2014).

Untuk itu, Djoko melanjutkan, Kementerian Hukum dan HAM akan selektif dalam menerbitkan paspor. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan imbauan kepada pihak kedutaan untuk selektif dalam memberikan visa kepada WNI yang hendak berpergian ke Timur Tengah.

"Untuk Turki yang menerapkan visa on arrival, kami juga pantau secara khusus," kata dia.

Instruksi kedua, Djoko menerangkan, diperintahkan kepada seluruh instansi yang terkait dan memonitor nama-nama yang sudah ada yang saat ini sudah ada di Suriah. "Namanya sudah ada, apakah mereka ada di sana atau kembali," ungkap Djoko.

Berdasarkan laporan Polri, saat ini sudah ada 4 WNI yang meninggal di Suriah. Dua orang diantaranya tewas akibat bom bunuh diri dan dua orang lainnya belum diketahui penyebab kematiannya.

"Ketiga, presiden menginstruksikan untuk mengawasi dan mengikuti gerak-gerak WNA yang ada di Indonesia. Jadi operasi yang kemarin adalah salah satu kegiatan yang selama ini kita lakukan. Operasi Imigrasi yang lalu sudah harus kita jalankan terhadap WN asing di Indonesia," papar Djoko.

Keempat, Presiden menginstruksikan agar institusi hukum mengetatkan pengawasan terhadap napi terorisme di dalam lapas. Hal ini perlu dilakukan karena beberapa orang yang bergabung dengan ISIS diketahui adalah para mantan narapidana.

"Kelima, peningkatan dan pengawasn serta kewaspadaan di wilayah klasik sumber-sumber gerakan radikal seperti di Poso, Ambon, Jatim, dan Jateng. Ini sudah ada di kepolsian. Perlu kerja sama TNI dan Polri," ujarnya.

Instruksi keenam, Presiden SBY juga meminta dilakukannya pendekatan soft power yang selama ini telah dikoordinir oleh Menteri Agama. Pertemuan dengan pimpinan umat, tokoh masyarakat, dan tokoh agama perlu dilakukan untuk memberikan pencerahan dan tidak mudah terpengaruh mengikuti gerakan di ISIS.

"Ketujuh, presiden instruksikan negara dan pemerintah akan bertindak sangat tegas terhadap tindakan-tindakan terorisme yang merusak sendi-sendi kerukunan kita dan hal-hak yang bertentangan dengan Pancasila yang menjadi falsafah kita," ujar Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com