Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/08/2014, 09:37 WIB


MEDAN, KOMPAS.com — Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie mengaku melihat fenomena yang mulai mengkhawatirkan terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia yang menunjukkan indikasi perpecahan.

"Saya merasa gundah gulana karena masyarakat seperti terbelah dua," kata Aburizal dalam halalbihalal bersama Partai Golkar dan Depidar Soksi Sumut di Medan, Selasa (19/8/2014) malam, seperti dikutip Antaranews.com.

Menurut dia, fenomena mengkhawatirkan itu semakin terlihat dari Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014, dengan banyaknya materi kampanye yang didasarkan pada prinsip primordialisme. Pola yang menonjolkan primordialisme justru menyebabkan Indonesia mengalami kemunduran yang cukup jauh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Pada 28 Oktober 1928, kita sepakat satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Tetapi, pada 2014, kita justru terjebak primordialisme," kata Aburizal.

Sebenarnya, kata Aburizal, perbedaan pendapat adalah fenomena yang lumrah dalam demokrasi. Dalam demokrasi yang baik, perbedaan pendapat tidak boleh menyebabkan hilangnya persatuan dan persaudaraan yang dibutuhkan dalam pembangunan bangsa.

Untuk itu, kata dia, diperlukan gerakan moral yang kuat untuk mencerdaskan masyarakat agar tidak mudah terpecah belah meski memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda.

"Seluruh rakyat harus bisa disatukan karena perbedaan bukan berarti permusuhan," kata mantan Menko Kesra tersebut.

Ia menambahkan, prinsip persatuan dan kepentingan jangka panjang tersebut menjadi "roh" penting dalam pembentukan Koalisi Merah Putih yang diikuti Partai Golkar.

"Koalisi Merah Putih tidak didirikan untuk memenangkan satu pasangan, tetapi untuk kepentingan bangsa jangka panjang," pungkas Aburizal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com