Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IRC Akui Dapat Dana untuk "Quick Count" dari 3 Televisi MNC Group

Kompas.com - 12/07/2014, 13:58 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Kepala Indonesia Research Center (IRC), Yunita Mandolang, mengakui lembaganya mendapatkan dana untuk melakukan hitung cepat atau quick count pemilu presiden 2014 dari tiga stasiun televisi milik MNC Group, yakni RCTI, MNC TV, dan Global TV. Menurut dia, dana yang digunakan untuk membiayai hitung cepat mencapai 2,5 Miliar.

Namun, Yunita membantah jika akibat pendanaan itu, survei yang dilakukan lembaganya dimanipulasi untuk memenangkan salah satu pasangan calon.

MNC adalah perusahaan milik Harry Tanoesoedibjo, yang merupakan pendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Berdasarkan hasil hitung cepat IRC, Prabowo-Hatta unggul dengan dukungan 51,11 persen dan Joko Widodo-Jusuf Kalla mendapat 48,89 persen suara.

"Itu kan hanya kerjasama penyiaran saja. Mereka mendanai kita dan mereka bisa menyiarkan hasil hitung cepat kita," kata Yunita dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (12/7/2014).

Dalam kesempatan itu, Yunita juga membantah informasi yang beredar bahwa IRC berada di bawah naungan MNC Group atau pun milik Harry Tanoesoedibjo. Dia menilai, informasi itu muncul di masyarakat karena lembaganya bekerjasama dengan tiga televisi MNC itu.

"Kantor kita juga memang di MNC Tower, tapi kita beda, hanya lokasinya juga yang sama," ujarnya.

Sementara itu, lembaga lain yang juga memenangkan Prabowo-Hatta, Puskaptis, ikut mengungkap sumber dananya dalam diskusi itu. Direktur Eksekutif Husein Yazid mengatakan, pihaknya membiayai sendiri surveinya, meskipun hasil survei itu ditayangkan di TV One.

"Totalnya sekitar 1,2 Miliar, itu biaya kita. TV One untuk publikasi saja," ujar dia.

Adapun Lingkaran Survei Indonesia mengaku membiayai sendiri hitung cepat yang menghasilkan Jokowi-JK unggul.

"(Total biaya) Rp 1 miliar, tepatnya sekitar Rp 1,2 miliar, biaya sendiri," ujar peneliti LSI Adjie Alfaraby.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Airlangga Bertemu Khofifah Malam Ini, Bahas soal Emil Dardak di Pilkada Jatim

Airlangga Bertemu Khofifah Malam Ini, Bahas soal Emil Dardak di Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Sebut Punya Gaya Kepemimpinan Sendiri, PDI-P: Kita Berharap Lebih Baik

Prabowo Sebut Punya Gaya Kepemimpinan Sendiri, PDI-P: Kita Berharap Lebih Baik

Nasional
RUU Penyiaran Larang Jurnalisme Investigasi, PDI-P: Akibat Ketakutan yang Berlebihan

RUU Penyiaran Larang Jurnalisme Investigasi, PDI-P: Akibat Ketakutan yang Berlebihan

Nasional
Prabowo Ingin Jadi Diri Sendiri saat Memerintah, PDI-P: Kita Akan Melihat Nanti

Prabowo Ingin Jadi Diri Sendiri saat Memerintah, PDI-P: Kita Akan Melihat Nanti

Nasional
Sepanjang 2023, Pertamina Hulu Rokan Jadi Penghasil Migas Nomor 1 Indonesia

Sepanjang 2023, Pertamina Hulu Rokan Jadi Penghasil Migas Nomor 1 Indonesia

Nasional
Djarot dan Risma Dinilai Lebih Berpotensi Diusung PDI-P di Pilkada DKI 2024 Ketimbang Ahok

Djarot dan Risma Dinilai Lebih Berpotensi Diusung PDI-P di Pilkada DKI 2024 Ketimbang Ahok

Nasional
Polri Pastikan Kasus Pembunuhan 'Vina Cirebon' Masih Berjalan, Ditangani Polda Jawa Barat

Polri Pastikan Kasus Pembunuhan "Vina Cirebon" Masih Berjalan, Ditangani Polda Jawa Barat

Nasional
KPK Dalami Gugatan Sengketa Lahan di MA

KPK Dalami Gugatan Sengketa Lahan di MA

Nasional
KPK Duga Tahanan Korupsi Setor Uang Pungli ke Rekening Orang Dekat Eks Karutan Achmad Fauzi

KPK Duga Tahanan Korupsi Setor Uang Pungli ke Rekening Orang Dekat Eks Karutan Achmad Fauzi

Nasional
Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga di 3 Desa Dievakuasi

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga di 3 Desa Dievakuasi

Nasional
Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Nasional
Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Nasional
Prabowo Berharap Bisa Tinggalkan Warisan Baik buat Rakyat

Prabowo Berharap Bisa Tinggalkan Warisan Baik buat Rakyat

Nasional
Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Nasional
Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com