Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P: Transkrip Mega-Jaksa Agung Rekayasa Politik Tanpa Nalar, Fitnah!

Kompas.com - 19/06/2014, 07:16 WIB
Indra Akuntono

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com — Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, beredarnya transkrip percakapan yang disebut antara Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Jaksa Agung Basrief Arief merupakan fitnah. Transkrip percakapan itu disebarkan Ketua Progress 98 Faizal Assegaf. Ia menyebut percakapan itu terkait kasus pengadaan bus transjakarta yang turut menyeret Joko Widodo di dalamnya.

"Transkrip itu rekayasa politik tanpa nalar," kata Hasto, Kamis (19/6/2014) pagi.

Hasto mengatakan sudah membaca transkrip percakapan tersebut. Akan tetapi, kata dia, ada yang janggal dalam transkrip tersebut, yaitu banyak muncul kata-kata yang tak biasa digunakan Megawati.

Ia pun menyebut, manuver yang dilakukan Faizal merupakan isu murahan, lebih rendah dibanding isu surat palsu saat calon presiden Joko Widodo dituding meminta Jaksa Agung menunda proses penyidikan kasus bus transjakarta hingga Pemilu Presiden 2014 usai. Penyebar surat palsu telah dilaporkan ke Mabes Polri.

“Itu transkrip karangan yang tidak bermutu. Lebih rendah kelasnya daripada surat palsu," ujarnya.

Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla pada Pemilu Presiden 2014 itu berharap, publik tak mudah terpengaruh dengan isu-isu yang beredar. Apalagi, kata dia, kredibilitas Faizal diragukan dan tak melengkapi transkrip yang disebarnya dengan rekaman pembicaraan asli.

“Publik harus mencatat kredibilitas Faizal Assegaf ini. Mudah ditebak bahwa serangan transkrip buatan itu bagian dari proyek menjatuhkan citra Jokowi,” kata dia.

Sebelumnya, Ketua Progress 98 Faizal Assegaf mengaku mendengar rekaman sadapan percakapan yang berisi permintaan Megawati kepada Jaksa Agung Basrief Arief agar tidak menyeret nama Joko Widodo ke dalam kasus dugaan korupsi bus transjakarta. Faizal mengaku, rekaman itu diperdengarkan oleh utusan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ketika mendatangi Gedung KPK pada 6 Juni 2014.

Saat dikonfirmasi, Bambang Widjojanto membantah pernyataan Faizal. Ia memastikan tidak akan ada rekaman penyadapan yang keluar dan beredar di eksternal KPK.

Secara terpisah, Jusuf Kalla juga tak percaya bahwa Megawati melakukan pembicaraan khusus terkait kasus pengadaan bus transjakarta dengan Jaksa Agung. Kalla menyatakan, pihaknya akan menempuh jalur hukum karena merasa dirugikan dengan fitnah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com