Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi-JK Terapkan Strategi "Good Cop" dan "Bad Cop"

Kompas.com - 10/06/2014, 08:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat kebijakan publik Vishnu Juwono menilai, tim pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla menerapkan strategi good and bad cop dalam Debat Capres dan Cawapres, di Balai Sarbini, Jakarta Selatan, Senin (9/6/2014) malam. Menurut dia, Jokowi diposisikan sebagai good cop dengan menekankan berbagai prestasi yang diraihnya saat menjabat Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta.

"Sementara Jusuf Kalla ditempatkan sebagai bad cop di mana sejak sesi awal sudah mengangkat masalah isu hak asasi manusia dan ketaatan terhadap hukum dalam memilih pemimpin untuk menyindir Prabowo," kata Vishnu kepada Kompas.com, Selasa (10/6/2014) pagi.

Ia menilai, Kalla sengaja ditempatkan untuk memainkan peran melayangkan serangan-serangan kepada Prabowo karena memiliki rekam jejak dalam memperjuangkan hak asasi manusia. Kalla saat ini menjabat sebagai Ketua Palang Merah Indonesia, serta pernah terlibat dalam penyelesaian konflik di Poso, Ambon, dan Aceh.

Sementara performa Jokowi, menurut Vishnu, lebih variatif dalam pemilihan kata-katanya. Penampilannya pun dianggap lebih baik saat ia menyampaikan pidato pada Deklarasi Kampanye Damai dan Berintegritas pekan lalu.

Bagaimana dengan Prabowo? Menurut Vishnu, mantan Danjen Kopassus itu tak bisa menyembunyikan groginya. Prabowo juga dinilainya terlalu mendominasi sehingga hanya sedikit waktu yang tersisa bagi pasangannya, Hatta Rajasa.

"Peranan Hatta Rajasa menjadi kurang menonjol dalam debat ini. Seharusnya Hatta bisa dimanfaatkan secara lebih maksimal dengan menekankan keberhasilannya dari pengalaman yang panjangnya sebagai pimpinan lembaga negara dengan menjadi anggota DPR dan menteri selama lebih dari 10 tahun," papar dosen Administrasi Publik FISIP UI ini.

Pertanyaan tak kritis

Pada sesi tanya jawab, menurut Vishnu, Prabowo tak memanfaatkan kesempatan dengan melontarkan pertanyaan yang seharusnya lebih kritis terhadap Jokowi. Prabowo dianggap tak memanfaatkan isu-isu yang selama ini melemahkan Jokowi, seperti capres boneka ataupun pemimpin yang tak amanah.

Prabowo memilih menanyakan pandangan Jokowi tentang wacana pemilihan kepala daerah dikembalikan kepada DPRD untuk menghemat biaya politik.

"Sebaliknya, saat giliran Jokowi-JK, Jusuf Kalla memanfaatkannya dengan kembali berperan sebagai bad cop dengan mengangkat kembali isu hak asasi manusia kali ini langsung dikaitkan dengan karier Prabowo di militer. Terlihat dari bahasa tubuhnya, Prabowo hampir tidak dapat mengendalikan emosinya dan tidak menjawab langsung pertanyaan Kalla dengan menyerahkan penilaian penanganan isu HAM kepada pimpinannya saat ia masih menjadi perwira tinggi militer," ujar Vishnu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com