Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Korban HAM 1998 Kecewa Materi HAM Tidak Masuk dalam Debat Capres

Kompas.com - 09/06/2014, 16:11 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Ruyati Darwin, ibu dari Eten Karyana, merupakan salah satu korban peristiwa Mei 1998 yang menyayangkan Komisi Pemilihan Umum tidak memasukkan isu hak asasi manusia (HAM) sebagai materi debat calon presiden dan wakil presiden.

Padahal, kata Ruyati, beberapa lembaga swadaya masyarakat dan keluarga korban pelanggaran HAM telah mengajukan rekomendasi kepada KPU untuk menghadirkan tema tersebut beberapa waktu lalu.

"Tahun ini saya kaget dan kecewa, kenapa materi HAM tidak ada di debat capres-cawapres. Sangat disayangkan karena HAM harus kita junjung tinggi," ujar Ruyati di Kantor Ombudsman, Jakarta, Senin (9/6/2014).

Ruyati mengatakan, hingga kini para korban menunggu dalam ketidakpastian mengenai penindakan pelanggaran HAM yang terjadi saat runtuhnya rezim Orde Baru. Selama delapan tahun, lanjutnya, para keluarga korban memperjuangkan peradilan HAM di depan Istana Negara.

Bahkan, Ruyati mengaku telah mengirimkan surat kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono untuk menuntut keadilan para korban, tetapi tidak kunjung ada tanggapan. Oleh karena itu, ia berharap siapa pun presiden yang terpilih kelak dapat menuntaskan kasus pelanggaran HAM yang tidak pernah ditangani secara hukum karena tidak adanya pengadilan HAM ad hoc.

"Kami harap capres agar tuntaskan kasus HAM yang terjadi karena kami sebagai rakyat perlu perlindungan dan penjagaan dari semua pihak," kata Ruyati.

Ruyati pun mendesak Ombudsman agar menindaklanjuti laporan beberapa lembaga swadaya masyarakat dan keluarga para korban pelanggaran HAM yang tergabung dalam Koalisi Melawan Lupa. Ia ingin Ombudsman meminta KPU menjelaskan alasannya tidak kunjung mengabulkan rekomendasi koalisi tersebut.

"Kami harap Ombudsman beri tekanan untuk KPU memberikan ruang isu HAM untuk debat capres. Kalau tidak ada, kami para korban akan dikemanakan?" ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com