Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korupsi yang Menggerogoti Kabinet

Kompas.com - 06/06/2014, 18:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua negara ASEAN yang bersinar pertumbuhan ekonominya, Filipina dan Indonesia, menjadi salah satu topik pembicaraan yang hangat dalam Forum Ekonomi Dunia Asia Timur Ke-23 yang berlangsung di Manila, Filipina, akhir Mei lalu. Pertumbuhan ekonomi Filipina 7,2 persen pada 2013, tertinggi kedua dunia setelah Tiongkok. Indonesia mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen selama 10 tahun terakhir.

Menyimak pidato Presiden Filipina Benigno S Aquino III, pertumbuhan ekonomi Filipina cukup tinggi tidak lepas dari upaya pemerintah melakukan reformasi di segala bidang dalam empat tahun terakhir, termasuk memberantas korupsi. Pemberantasan korupsi jadi salah satu kunci untuk pertumbuhan ekonomi itu.

Bagaimana Indonesia? Saat berdialog dengan wartawan yang mengiringi kunjungannya ke Filipina, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan di atas 6 persen dalam 10 tahun terakhir, saat ekonomi sebagian besar negara-negara G-20 anjlok, bukanlah prestasi kecil. Apalagi ekonomi Indonesia saat ini berada pada peringkat ke-10 dunia berdasarkan produk domestik bruto-paritas daya beli.

Sama seperti Filipina, Indonesia juga melakukan reformasi, membangun pengelolaan yang baik (good governance), dan memberantas korupsi. Pertumbuhan ekonomi dirasakan meski harus diakui upaya reformasi dan pemberantasan korupsi belum optimal.

"Kita bekerja siang dan malam, tetapi saya masih merasakan masih ada bottle-necking di sana-sini. Masih ada birokrasi yang tidak responsif. Masih ada daerah-daerah yang berbeda dengan semangat nasional untuk membangun good governance. Kejahatan korupsi masih terjadi di sana-sini. Padahal, kalau kita melihat sejarah negeri sejak 1945, sekarang inilah negara melakukan kampanye pemberantasan korupsi paling agresif, besar-besaran, serius, dan tanpa pandang bulu," tutur Presiden.

Di tengah kunjungannya ke Manila itu, Presiden mendengar kabar, Menteri Agama Suryadharma Ali ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam kasus dugaan korupsi penyelenggaraan haji 2012-2013. Kasus ini menambah panjang kasus-kasus dugaan korupsi di kabinet SBY.

Setidaknya ada delapan kasus dugaan korupsi yang menjerat kementerian dan lembaga di bawah Presiden. Kasus itu meliputi korupsi di Kemenakertrans terkait pengadaan pembangkit listrik tenaga surya serta dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah (PPID), kasus suap impor daging sapi di Kementan, dugaan penerimaan gratifikasi di Kementerian ESDM, dugaan korupsi proyek e-KTP di Kemendagri, dugaan korupsi pengadaan Al Quran di Kemenag, serta korupsi pengadaan simulator mengemudi di Korps Lalu Lintas Polri. Selain itu ada juga kasus dugaan korupsi pengadaan videotron di Kemenkop dan UMKM, serta dugaan korupsi pembangunan wisma atlet dan fasilitas olahraga Hambalang di lingkungan Kemenpora.

Berkali-kali Presiden SBY mengingatkan untuk tidak korupsi ke menterinya. Terakhir, peringatan itu disampaikannya dalam sidang kabinet, 4 Juni 2014. "Hentikan niat untuk mendapatkan keuntungan finansial secara tak sah dan tak legal, apalagi harus merugikan negara dan dilakukan untuk memperkaya diri sendiri karena perbuatan itu telah berkategori tindak pidana korupsi," ujarnya.

Peringatan dan arahan disampaikan berkali-kali. Instruksi tertulis tentang percepatan pemberantasan korupsi diterbitkan tiap tahun. Penegakan hukum oleh KPK juga gencar. Namun, semua upaya itu belum cukup membendung koruptor menggerogoti kabinet di bawah kepemimpinan SBY. Kiranya ini bisa menjadi pelajaran bagi presiden baru. (Wahyu Haryo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com