Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P Tuding Hashim Membual soal Dana Kampanye Jokowi

Kompas.com - 03/06/2014, 16:19 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -- Hubungan antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra kian memanas dengan adanya pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo, yang mengaku telah membiayai kampanye Jokowi pada Pilgub DKI Jakarta 2012 sebesar Rp 52 miliar. Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P, Ahmad Basarah, menuding bahwa pernyataan Hashim hanyalah sebuah bualan. Basarah balik memprotes sikap pengurus Gerindra yang justru terkesan pasif dalam pilgub lalu.

"Pernyataan Hashim Djojohadikusumo yang mengatakan bahwa telah memberikan sumbangan dana kampanye pasangan cagub dan cawagub Jokowi-Ahok dalam pilgub tahun 2012 lalu sebesar Rp 52 miliar adalah pernyataan yang membual dan wajib diwaspadai oleh parpol-parpol maupun pihak-pihak yang mendukung Prabowo dalam pilpres ini," ujar Basarah dalam pernyataannya, Selasa (3/6/2014).

Basarah mengingatkan kepada partai-partai politik yang kini mencalonkan Prabowo Subianto dan Hatta Rasa. Menurut Basarah, bisa saja Hashim mengungkit-ungkit hal-hal seperti itu di kemudian hari, bahkan dilebih-lebihkan.

Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat itu mengingatkan bahwa dalam Pilkada DKI Jakarta 2012, Jokowi maju bersama salah satu kader Gerindra, yakni Basuki Tjahaja Purnama. Duet Jokowi-Basuki ini didukung PDI-P dan Gerindra. Pada saat kampanye, Basarah mengatakan bahwa PDI-P membiayai sendiri kampanye Jokowi dan Gerindra membiayai sendiri kampanye Basuki.

Menurut Basarah, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri bahkan telah menggerakkan semua anggota DPR RI dan DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI-P serta semua kepala daerah PDI-P untuk menjadi tim sukses Jokowi-Basuki.

"Seluruh kader partai di legislatif dan kepala daerah tersebut bukan hanya secara fisik turun berkampanye di setiap kelurahan di DKI Jakarta, tetapi mereka juga mengeluarkan dana yang tidak sedikit," katanya.

Menurut Basarah, klaim Hashim itu sekadar khayalan dan bualan seorang pengusaha yang sedang berambisi merebut kekuasaan negara dengan menjadikan kakaknya, Prabowo Subianto, sebagai presiden. "Karena dalam kenyataannya justru kader-kader Partai Gerindra tidak terlihat aktif memperjuangkan kemenangan pasangan Jokowi-Ahok pada saat itu," kata Basarah.

Kemarin, Hashim mengatakan bahwa dirinya merasa dibohongi Joko Widodo selama 1,5 tahun. Adik Prabowo itu menyangkal pernyataan Jokowi yang mengaku tidak mendapat dukungan biaya selama Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta.

"Maaf ya, saya buka saja, saya sudah dibohongi Jokowi satu setengah tahun. Saya kenal Jokowi sejak 2008, yang biayai Jokowi kampanye (pilgub) itu saya, sembilan puluh persen. Saya habis Rp 52 miliar," kata Hashim dalam acara bertajuk "Diskusi Publik Gereja Mendengarkan Visi-Misi Capres" di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta (STTJ), Senin (2/6/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com