Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/03/2014, 12:53 WIB


KOMPAS.com - PENGALAMAN panjang meniti politik negeri ini tidak serta-merta melapangkan jalan Partai Persatuan Pembangunan menghadirkan kader mumpuni dalam Pemilu 2014. Konsekuensinya, partai kesulitan melahirkan figur-figur politik yang berkualitas.

Fenomena ini mencuat ketika sistem pemilu diubah dari proporsional tertutup pada Pemilu 1999 menjadi proporsional terbuka pada Pemilu 2004. Dalam sistem proporsional tertutup, kemenangan calon anggota legislatif (caleg) ditentukan berdasarkan nomor urut. Sementara itu, dalam sistem proporsional terbuka, kemenangan berdasarkan perolehan suara terbanyak caleg.

Pergeseran sistem ini membuat PPP harus mengubah strategi dalam merekrut dan menyusun daftar caleg untuk merebut kursi di DPR. Salah satu strategi PPP adalah dengan memasang kembali anggota legislatif periode sebelumnya sebagai caleg. Strategi itu sekaligus membuka kemungkinan ”peningkatan status” caleg, misalnya dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (provinsi atau kabupaten/kota) menjadi caleg DPR.

Fenomena ini terlihat dalam komposisi daftar calon tetap (DCT) PPP pada Pemilu 2004 dan 2009. Proporsi caleg dengan latar belakang anggota DPR/DPRD terbilang cukup besar. Pada Pemilu 2004, misalnya, separuh dari caleg PPP diisi oleh caleg yang sudah berpengalaman menjadi anggota legislatif, baik di tingkat nasional maupun daerah. Ini berarti mayoritas DCT didominasi caleg yang sudah berpengalaman.

Ketika sistem proporsional terbuka murni diberlakukan pada Pemilu 2009, strategi mengandalkan ”pemain lama” lembaga legislatif perlahan bergeser. Modal politik caleg tidak lagi sekadar pengalaman. Potensi individual seperti popularitas, kapabilitas, integritas, dan dukungan finansial menjadi pertimbangan lebih lanjut.

Dari komposisi DCT 2014 tersirat PPP berupaya mencoba cara baru dalam merekrut calegnya.

Perubahan strategi

Pada Pemilu 2009 dan 2014, caleg dengan latar belakang swasta (karyawan) ada di urutan pertama. Di peringkat kedua adalah caleg dengan latar belakang wiraswasta, disusul caleg anggota DPR/DPRD. Untuk kalangan profesional, meskipun pernah mencuat jumlahnya pada pemilu lima tahun silam, dalam DCT Pemilu 2014 menurun drastis hingga sekitar 6 persen.

Pada pemilu tahun ini, PPP menawarkan 548 caleg kepada rakyat. Sebanyak 47 orang di antaranya menjabat anggota legislatif pusat ataupun daerah. Ini berarti sekitar 90 persen caleg PPP pada saat ini merupakan ”wajah baru”.

Sejumlah ”wajah lama” dalam DCT PPP pada Pemilu 2014 yang menonjol antara lain Ahmad Yani (dapil Sumatera Selatan I), Lukman Hakim Saifuddin (dapil Jawa Tengah VI), dan Muchammad Romahurmuziy (dapil Jawa Tengah VII).

Menilik latar belakang dapil caleg PPP yang memperoleh kursi DPR pada Pemilu 2009, terungkap bahwa basis atau lumbung suara PPP berkisar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kedua daerah itu juga menjadi ajang perebutan suara partai peserta pemilu lainnya. Meskipun pertarungan di lapangan bakal berlangsung sengit, hasil PPP pada Pemilu 2009 di kedua wilayah ini cukup menjanjikan.

Jateng dan Jatim masing-masing menyumbang empat kursi DPR untuk PPP. Selain kedua daerah basis itu, Jawa Barat juga memberikan kemenangan yang cukup berarti dengan menyumbangkan tiga kursi. Sementara Banten, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Barat mampu menghasilkan masing-masing dua kursi. Aceh dan DKI Jakarta, yang sempat menjadi lumbung suara PPP, pada Pemilu 2009 hanya mampu meraih satu kursi. (SULTANI/LITBANG KOMPAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com