Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Kampanye Singgung SARA!

Kompas.com - 23/01/2014, 15:20 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Gerakan Kebhinekaan untuk Pemilu Berkualitas meminta calon anggota legislatif (caleg) dan partai politik (parpol) peserta pemilu untuk tidak menyinggung suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA) tertentu dalam kampanye pemilu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengancam akan menghentikan setiap kampanye yang berbau SARA.

"Isu-isu SARA seringkali di dalam pemilu jadi ajang politisasi. Kami ingin KPU memberikan perhatian pada isu ini. Selain pemilu jadi ajang demokrasi, tapi juga jadi memperkuat intoleransi," ujar Koordinator Komite untuk Pemilih Indonesia (TePI) Jeirry Sumampouw di Gedung KPU, Jakarta Pusat (23/1/2014).

Ia menuturkan, peserta pemilu kadang menggunakan isu SARA hanya untuk bercanda. Namun, katanya, gurauan tersebut bisa saja menyinggung perasaan pemilih atau kelompok tertentu.

"Ada juga yang mendorong untuk memilih caleg yang beragama tertentu. Itu memperkuat stigma SARA di masyarakat. Selama ini dalam pemilu-pemilu dahulu hal ini tidak mendapat perhatian apa-apa," ujarnya.

Dia mengatakan, di tengah keterbatasan KPU, lembaga itu harus menyampaikan kepada peserta pemilu untuk tidak menggunakan isu SARA dalam berkampanye. Jeirry mengatakan, hal itu juga telah disampaikan kepada Badan Pengawas pemilihan Umum (Bawaslu).

"Yang punya kewenangan lebih besar itu kan Bawaslu. Nah, Bawaslu itu punya kewenangan memberi sanksi yang lebih tegas," kata dia.

Jeirry menyampaikan, pihaknya juga akan mengampanyekan anti-SARA dalam pelaksanaan pemilu. "Kami akan buat produk kampanye dalam bentuk leaflet. Paling kami bisa melakukan seruan-seruan lewat media, talkshow di radio sudah. Tapi di televisi yang belum," lanjutnya.

Di sisi lain, Komisioner KPU Arief Budiman menegaskan, jika terbukti, kampanye yang membawa isu SARA akan dikenai sanksi pidana. "Kalau mereka (peserta pemilu) melakukan itu (kampanye SARA) terbukti, bisa kami hentikan kampanyenya, tapi pidananya ke polisi," kata Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

Nasional
Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Nasional
Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Nasional
Pembangunan Tol MBZ yang Dikorupsi Menyimpan Persoalan, Beton di Bawah Standar, dan Lelang Sudah Diatur

Pembangunan Tol MBZ yang Dikorupsi Menyimpan Persoalan, Beton di Bawah Standar, dan Lelang Sudah Diatur

Nasional
Kasus 'Ilegal Fishing' 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Kasus "Ilegal Fishing" 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Nasional
Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Nasional
Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Nasional
Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Nasional
BNPB: 20 Korban Hilang akibat Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

BNPB: 20 Korban Hilang akibat Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

Nasional
Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Nasional
Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Nasional
PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

Nasional
Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Nasional
Polri Tangkap 3 Tersangka 'Ilegal Fishing' Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Polri Tangkap 3 Tersangka "Ilegal Fishing" Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Nasional
PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com