Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nazaruddin: Setya Novanto dan Aziz Syamsuddin Temui Saya di Sukamiskin

Kompas.com - 17/01/2014, 08:52 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
– Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin mengaku pernah didatangi dua politisi Partai Golkar yaitu Setya Novanto dan Aziz Syamsuddin di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat. Selain mereka, kata Nazaruddin, Ketua Generasi Muda Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (Gema MKGR), Fadh El Fouz yang juga ditahan di Sukamiskin, juga menemuinya. Menurut Nazar, mereka mengajukan sesuatu, namun ditolak oleh Nazar.

“Sewaktu saya baru masuk di Sukamiskin, Novanto dan Aziz datang ke Sukamiskin di hari Minggu. Padahal itu di luar jam besuk, bisa datang ke Sukamiskin dan Fadh (Fadh El Fouz) datang ke ruangan saya ketemu dengan Setya Novanto dan Aziz dan mau mengajukan sesuatu, saya tidak mau,” terang Nazar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (16/1/2014).

Namun, Nazar engan menjelaskan apa yang ditawarkan ketiga orang itu kepadanya. Nazar menduga, kedatangan mereka karena ia pernah mengungkap kasus yang melibatkan Aziz dan Setya. Adapun, Nazar pernah menuding Setya terlibat korupsi proyek e-KTP. Sedangkan Azin, kata Nazar, terlibat dalam kasus korupsi simulator SIM Korlantas Polri.

Kemudian, Nazar mempertanyakan pengakuan Aziz dan Setya yang mendapat izin dari Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhuk dan HAM) Denny Indrayana untuk mendatangi Sukamiskin di luar jam besuk.

“Katanya sudah mendpat izin katanya dari Wamen, saya bilang tidak mungkin. Saya tahu betul seorang Wamen bagaimana. Anda bisa tanya ke Wamen, apa betul Aziz dan Setnov masuk ke Sukamiskin atas izin beliau,” kata Nazar.

Selain itu, Nazar juga menceritakan bahwa anggota DPR Fraksi Partai Golkar Priyo Budi Santoso pernah menemui Fadh di Sukamiskin. Menurut Nazar, Priyo sengaja datang untuk meminta Fadh tidak mengungkapkan bahwa Priyo menerima uang dari proyek pengadaan kitab suci Al Quran. Selain itu, Naza juga menuding aliran dana ke Priyo tak hanya pada kasus Al Quran.

 “Bukan hanya kasus Al Quran, karena uang itu waktu dulu dibagi ada jatah Demokrat dan Golkar. Waktu itu Fadh mengelola ada anggaran IT yang waktu itu diambil fee-nya dari telkom sebesar Rp 21 miliar. Lalu proyek Al Quran 2011-2012 itu, kan dia. Dia hanya kasih Pak Zul (Zulkarnaen Djabar) 7 persen, sisanyanya dia (Fadh) dan Priyo yang menikmati,” terang Nazar.

Nazar mengaku kerap diintimidasi karena sering mengungkap kasus pada KPK. Ia pun meminta pendampingan dari pakar hukum Yusril Ihza Mahendra agar bisa leluasa mengungkap keterlibatan banyak pihak dalam kasus dugaan korupsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Nasional
Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Nasional
Nasib Pilkada

Nasib Pilkada

Nasional
Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com