Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diskusi di UI, Anis Matta Dicecar soal Platform PKS

Kompas.com - 07/01/2014, 14:48 WIB
Sabrina Asril

Penulis


DEPOK, KOMPAS.com — Sejumlah peneliti Universitas Indonesia mencecar Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta soal platform PKS dalam diskusi di kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (7/1/2014). Para peneliti ini mempertanyakan arah pemikiran PKS yang dinilai pro-Amerika Serikat dalam sejumlah kebijakan terkait kesejahteraan individu yang diusung Anis Matta.

Peneliti FISIP UI, Edi Prasetyo, menilai, PKS kini tengah mengalami kegalauan luar biasa dalam menyandingkan antara cita-cita dan realitas. Pilihan konsep PKS tentang negara maju yang minimalis, sebutnya, sangat liberal. Dia mengatakan, satu-satunya negara yang bisa maju dengan konsep yang minimalis dan pragmatis dengan mengedepankan kesejahteraan individu dan kebebasan hanyalah Amerika Serikat.

"Ide gagasan itu selalu dikritik. Agak mengejutkan ketika PKS mengedepankan gagasan seperti ini," ujar Edi.

PKS, lanjutnya, juga perlu menentukan sikap dalam menampilkan diri sebagai partai Islam.

"Apakah ini Islam berbasis nilai apa kultural. Perdebatannya masih seputar platform," ungkap Edi.

Peneliti FISIP UI lainnya, Mahmud Syalton, pun mempertanyakan pemikiran PKS yang dinilainya menjurus pada neoliberalisme. "Apa betul sekarang PKS pro-Amerika, kenapa AS dijadikan role model? Ini sangat beda dengan platform PKS selama ini," ungkap Mahmud.

Menurutnya, sejumlah kader PKS juga tidak lagi anti-terhadap perayaan agama lain. Mahmud menyebutkan, politisi PKS Fahri Hamzah kini sudah mulai mengucapkan Selamat Natal. Demikian juga dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, yang merupakan kader PKS, kini tak lagi canggung berfoto dalam perayaan Natal.

"Apakah ini tidak membingungkan? Padahal, selama ini, PKS kental sebagai partai Islam dan telanjur masuk ke liqo (perkumpulan). Saya kaget PKS kemudian tidak Islami," kata Mahmud.

Mencari bentuk ideal

Menanggapi pertanyaan itu, Anis Matta mengaku saat ini memang belum ada format yang ideal untuk dijadikan sebagai platform PKS dalam membentuk sebuah negara ideal. PKS, lanjutnya, masih melakukan komparasi dari beberapa model yang diterapkan negara-negara lain.

"Kami sedang mencari model. Dalam proses pencarian ini, ada proses komparasi. Indonesia sedang belajar dari semua model ini. Bisa saja dalam perbandingan itu muncul negara tertentu sebagai negara yang kita layak tiru dalam beberapa hal, bukan model penuh," kata Anis.

Anis pun menjelaskan konsep negara ideal tidak pernah dituliskan dalam Al Quran karena dipengaruhi dimensi ruang dan waktu.

"Islam pun tidak pernah menyebutkan ini benar dan itu salah. Islam adalah jalan tengah," kata mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com