Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Refly: Ada Barter Politik Terkait Penunjukan Patrialis

Kompas.com - 30/12/2013, 18:15 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar hukum tata negara, Refly Harun, menduga adanya barter politik antara Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional terkait pengangkatan Patrialis Akbar sebagai hakim Mahkamah Konstitusi. Dugaan ini, katanya, diperkuat dengan sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mempertahankan Patrialis dengan mengajukan banding terkait putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) DKI Jakarta yang membatalkan Keputusan Presiden Nomor 78/P Tahun 2013.

"Saya sudah memperkirakan barter kompensasi ini terjadi antara PAN sebagai partai yang mendukung pencalonan presiden SBY (dari Partai Demokrat)," katanya saat jumpa pers di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta, Senin (30/12/2013).

Refly mengatakan, barter politik itu terjadi lantaran Patrialis dicopot dari jabatannya sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jabatan dalam kabinet Presiden itu lalu diberikan kepada orang dari Partai Demokrat, yaitu Amir Syamsuddin. Atas dasar itulah, katanya, Patrialis diberikan jabatan sebagai hakim konstitusi.

Di tempat yang sama, pengamat hukum Feri Amsari juga mempertanyakan sikap Presiden SBY yang berusaha mempertahankan Patrialis sebagai hakim konstitusi. Ia pun menyarankan kepada Patrialis untuk ikut dalam seleksi hakim konstitusi oleh panel ahli yang dibentuk Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial.

Sementara itu, ketika dikonfirmasi secara terpisah, Ketua Dewan Pimpinan Pusat PAN Didi Supriyanto membantah adanya barter politik antara partainya dan Partai Demokrat. Menurut Didi, kekosongan hakim konstitusi langsung membuat Presiden SBY memilih Patrialis karena kualitasnya yang mumpuni.

"Tidak betul (kabar) itu. Pak SBY memilih Pak Patrialis karena kapasitasnya. Beliau memiliki pengalaman sebagai anggota DPR dan menteri," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com