Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Putri Tunggal Chairil Anwar

Kompas.com - 22/11/2013, 14:14 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudono

Hari ini saya hendak bercerita tentang seorang perempuan berusia 66 tahun yang saya temui di Rumah Budaya Fadli Zon yang terletak di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, beberapa waktu lalu. Obrolan ini berlangsung mulai dari Rumah Budaya Fadli Zon di Aie Angek, Tanah Datar, dilanjutkan ke Bukit Tinggi, hingga saat menunggu di Bandara Minangkabau, Kota Padang, Sumbar.

Evawani, begitu nama perempuan itu. Dia putri dari seorang perempuan yang pernah direkam dalam satu puisi karya Chairil Anwar. Judulnya "untuk H". Ya, dia memang putri Hapsah Wiraredja dari pernikahannya dengan penyair Chairil Anwar.

Eva yang kelahiran tahun 1947 tidak pernah mengenali ayah kandungnya yang mangkat ketika Eva berusia satu tahun. Bahkan ketika Eva beranjak besar pun, ibundanya tidak segera memberi tahu jika dia adalah anak Chairil. Tiap kali bertanya pada Hapsah, siapa gerangan ayahnya, Eva hanya mendapat jawaban pendek bahwa ayahnya adalah Ahad Natakusumah.

Padahal ya padahal, Eva tulen anak dari Chairil Anwar, penyair besar negeri ini. Chairil Anwar yang lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Dialah penyair yang beroleh julukan "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul "Aku"). Dialah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, dia dinobatkan oleh HB Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.

Chairil dibesarkan di Medan. Pada tahun 1940 saat Chairil berusia 19 tahun, seusai perceraian orangtuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta). Walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Semenjak di Jakarta itulah Chairil mulai menggeluti dunia sastra. Setelah memublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.
***

Eva menawari saya mencari durian ke Bukit Tinggi pada malam sebelum kami meninggalkan Tanah Datar. Saya tak kuasa menolak, manisnya durian Bukit Tinggi mengalahkan penat seharian.

Di atas mobil yang dikemudikan oleh menantu Eva, saya pun terus bertanya-tanya tentang apa yang diingat Eva saat masih kecil.

Ketika Eva kelas III di SD Manggarai, dulu Sekolah Rakyat Latihan (SRL), sebuah sekolah percontohan, dia sempat difoto. Katanya, untuk dipasang di bukunya HB Jassin. Tak berapa lama, gurunya di kelas III, memanggil dirinya seraya memberi tahu,"Iip, ini ayah kamu," ujar Pak Guru menyapa nama panggilan Eva di masa kecil. Lantas guru itu pun bercerita bahwa di buku itu HB Jassin bercerita mengenai Chairil dan Eva sebagai putrinya.

Eva pun mengenang kisah ayahnya dari HB Jassin. Menurut Jassin, ayahnya merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai Bupati Indragiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orangtuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orangtuanya.

Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18 tahun, ia
tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman.

Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing, seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti Rainer Maria Rilke, WH Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia.

"Setahu saya, bapak saya adalah Ahad Natakusumah, yang ternyata bapak tiri saya. Sampai di rumah, saya nanya ke mama, apakah benar saya anak Chairil Anwar. Tapi mama malah bilang kalau itu salah cetak," kenang Eva.

Eva menuturkan, sebelumnya, para tetangga sebetulnya sudah menyinggung kalau dirinya mirip Chairil, terutama dari bawah mata ke atas. "Kalau hidung ke bawah mirip mama."

Tetapi, apa kata Hapsah mengenai penuturan para tetangga bahwa dia mirip Chairil? "Mama bilang, 'Oh, itu tetangga kita yang sayang sekali sama kamu. Kamu anak mama sama Pak Ahad'," Eva menirukan penuturan ibunya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo Soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo Soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com