Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolri: Hindari Perbuatan yang Timbulkan Kebencian

Kompas.com - 29/10/2013, 18:05 WIB
Ferry Santoso,
Ingki Rinaldi

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Polri yang baru, Komisaris Jenderal Sutarman, mengatakan, jajaran aparat kepolisian harus menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan kebencian. Selain itu, aparat kepolisian juga perlu menguatkan integritas personel.

”Saya meminta dan memerintahkan hindari perbuatan yang dapat menimbulkan kebencian,” kata Sutarman dalam acara serah terima jabatan Kapolri dari Jenderal Timur Pradopo kepada Komisaris Jenderal Sutarman di Markas Komando (Mako) Brimob, Kelapa Dua, Depok, Selasa (29/10). Acara itu mengambil tema ”Soliditas dan Dedikasimu Kuteruskan untuk Menghadapi Tuntutan Tugas”.

Menurut Sutarman, jika aparat kepolisian memiliki komitmen yang kuat dan soliditas dengan berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945, Polri akan mampu menjawab tuntutan masyarakat.

Terkait dengan Pemilu 2014, Sutarman juga meminta jajaran Polri bersikap netral dalam semua tahapan pemilu. Ia menambahkan, misi yang akan diterapkan adalah menjadikan polisi sebagai penolong masyarakat.

Dalam sambutannya, Timur Pradopo mengungkapkan, selama kepemimpinannya, salah satu fokus yang ditekankan adalah perlunya pengelolaan situasi keamanan dan lingkungan, khususnya terkait dengan konflik pemilu kepala daerah.

Timur menambahkan, masih ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh Kapolri yang baru. Misalnya, upaya peningkatan kesejahteraan personel Polri. Masyarakat juga belum sepenuhnya tersentuh oleh pelayanan Polri, termasuk perilaku aparat kepolisian yang mencederai masyarakat.

Timur menambahkan, beberapa kejahatan, seperti terorisme, narkotika, dan korupsi, tetap harus menjadi prioritas Polri ke depan.
Ubah Karakter

Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan, salah satu tantangan Komjen Sutarman seusai dilantik sebagai Kapolri ialah mengubah karakter polisi Indonesia. Tantangan berat itu menyusul relatif buruknya mekanisme perekrutan dan keputusan penugasan yang tidak didasarkan pada merit system dengan keharusan menempatkan orang-orang terbaik.

”Ini sudah jadi karakter polisi, kalau menghadapi uang dan kekuasaan cenderung tidak berdaya, takut, serta tidak transparan. Tapi, ketika menghadapi orang yang tidak punya uang dan kekuasaan, mereka sangat profesional,” kata Neta. Ia mencontohkan dalam penanganan kasus perusakan properti milik pengusaha Adiguna Sutowo yang bertele-tele.

Selain itu, kemampuan polisi di jajaran bawah, kata Neta, juga masih sangat lemah. Hal itu tecermin dari tidak pro-aktifnya sebagian di antara mereka dalam upaya mengungkap kasus-kasus tertentu.

”Ini menyebabkan satu atau dua orang anggota masyarakat terluka atau bahkan terbunuh. Ini membuktikan jajaran terbawah di kepolisian tidak terlatih dan tidak peka,” ujar Neta.

Sementara di sisi lain, anggota polisi di tingkatan bawah juga mesti menghadapi permusuhan dari sebagian masyarakat yang ditandai dengan peristiwa pembakaran markas atau pos polisi. Bahkan, pada sejumlah kasus, terjadi pengeroyokan hingga penembakan misterius terhadap sejumlah polisi.

Ia mengatakan, dugaan praktik mafia pendidikan serta mafia jabatan juga masih cukup banyak terjadi di dalam institusi tersebut. ”Bahkan, pekan lalu ada info ketika ada polisi mengikuti pendidikan dari bintara ke jenjang pendidikan calon perwira itu mesti dikenakan pungutan,” ujar Pane.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com