"Kalo dari BBM-nya (berasal dari) Anas Urbaningrum," kata Subur saat menggelar jumpa pers di Jakarta, Senin (21/10/2013).
Subur mengaku diundang tidak dalam kapasitasnya sebagai mantan Ketua Umum Partai Demokrat, melainkan sebagai antropolog politik. Diskusinya pun seputar dinasti dan meritokrasi politik, bukan hal-hal yang lain.
"Kalau ada yang mengait-ngaitkannya dengan politik, itu hak mereka," tuturnya.
Seperti diketahui, Subur membatalkan kehadirannya dalam acara tersebut. Berada di markas Badan Intelijen Negara (BIN), juru bicara PPI, M. Rahmad mengatakan ketidakhadiran mantan Ketua Umum Partai Demokrat tersebut karena dijemput oleh staf BIN.
Terkait hal itu, Subur mengatakan awalnya dirinya tidak mengetahui Anas mengirimkan BBM kepadanya karena ponsel Blackberry miliknya dipegang oleh ajudannya, Hadianto Sanjaya. Subur mengaku jarang membuka ponsel Blackberry tersebut karena nomor itu dipakai saat dia masih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat (2001-2005).
"(Bapak) punya delapan handphone. Mengoleksi dia," kata Hadianto.
Subur baru mengetahui pesan tersebut saat ajudannya membuka pesan tersebut pada Jumat siang pada saat dirinya berada di markas BIN. Ia berkilah tidak tahu kapan pesan itu dikirim Anas. Awalnya, ia mengaku menyanggupi akan datang karena tertarik untuk berbicara soal dinasti politik.
Belakangan dia baru sadar kalau acara tersebut diselenggarakan pada hari Jumat yang mana pada saat bersamaan ia harus berangkat ke Pontianak, Kalimantan Barat. Pada saat jumpa pers, Subur mengaku tidak ada komunikasi baik dengan Anas maupun staf PPI.
Saat dikonfirmasi telepon lewat ajudannya, Hadianto mengatakan berdasarkan perintah Subur, dia membalas BBM Anas dan menginformasikan bahwa Subur tidak bisa memenuhi undangan tersebut. Saat ditanya yang kedua kalinya, Hadianto menyatakan ia membalasnya bukan kepada Anas melainkan kepada staf PPI.
Melalui pesan tersebut, Hadianto menegaskan dirinya tidak memberitahukan keberadaan Subur di markas BIN.
Lalu bagaimana orang PPI bisa mengetahui Subur diculik BIN? "Saya ada di BIN kok enggak datang-datang, terus interpretasinya saya disandera disitu. Bisa saja," kata Subur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.