Aroma yang sama adalah kemenangan dilakukan, salah satunya, dengan mekanisme kapitalisasi kebodohan pemilih.
Dalam arsiran ini, imaginasi kembali kepada buku yang menggelitik dan kritis, yaitu buku Tom Nichols “Matinya Kepakaran, Death of Exspertise”.
Dalam bukunya, Nichols memulai mencacah pentingnya pendekatan analitis dan kritis terhadap informasi dan berita yang menjadi alat utama dalam politik.
Ia menilai bahwa saat ini munculnya simtom atau fenomena anti-intelektualisme yang mencemari kewarasan masyarakat.
Keahlian tidak menjadi faktor bermakna lagi dalam menentukan arah dalam ruang publik, mulai dari ekonomi, sosial, agama dan politik.
Peserta pemilu atau aktor akan mengeksploitasi kepercayaan pemilih melalui pabrikasi informasi dan berita manipulatif kemudian mengamplifikasinya melalui media online atau media ruang terbuka.
Situasi ini akhirnya melahirkan politic enthuasiast yang melahirkan politisi tanpa batas.
Nichols, dalam bukunya, mengidentifikasi dampak dari teknologi modern, terutama media sosial dan internet secara menyeluruh.
Internet membuat transformasi luar biasa pada orang bodoh dengan kepercayaan diri yang berlebihan, di lain pihak ahli, orang pintar, alim terjebak dalam keraguan.
Masyarakat terperangkap dalam buruknya pertimbangan dalam mengambil keputusan karena tidak mau berdalam-dalam menelaah ilmu dan pengetahuan.
Dengan informasi di media sosial dan internet “si bodoh” dengan mudah percaya saja, tanpa memverifikasi dan membandingkan dengan data lain kemudian dengan mudah menyimpulkan.
Dalam kontek politik akhirnya banyak politisi dengan tipu daya pencitraan, baik dalam ruang terbuka atau ruang maya, memperdagangkan kebodohan dan itu laku di pasar politik.
Politisi yang mengandalakan kuasa modal dengan mudah mengintervensi pasar kebodohan dengan membungkusnya dengan sentimen-sentimen humanis, bahkan dengan agama.
Alhasil pasar politik terkesima seolah-olah itu adalah realitas sesungguhnya. Kepakaran tidak lagi menjadi preferensi dalam ruang publik, menilai informasi, berita atau mengatasi bias konfirmasi.
Pasar kebodohan lebih berhasrat pada informasi instan atau pengetahuan abal-abal, lebih menikmati opini dibandingkan pengetahuan yang memiliki basis data dan riset yang mendasar.