Sebelum ditetapkan, Kementerian Agama telah melakukan serangkaian pembahasan mengenai skema murur ini dengan otoritas Arab Saudi.
Menurut Subhan Cholid, lebih dari 5 kali pembahasan, antara lain dilakukan dengan pihak masyariq dan Naqabah (Organda Saudi).
Dari pihak Kementerian Agama, selain Subhan Cholid selaku pengendali teknis layanan luar negeri, hadir juga Konsul Haji KJRI Jeddah, Nasrullah Jasam.
Dalam proses pembahasan dan kajian ini, PPIH Arab Saudi juga telah berkirim surat ke Kementerian Umrah dan Haji Arab Saudi.
Baca juga: Pemeriksaan Ketat Jelang Puncak Haji, Jemaah Diminta Tak Keluar Mekkah
Di Tanah Air, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief melakukan safari ke sejumlah ormas, untuk juga mendiskusikan masalah murur ini.
Dirjen antara lain berkunjung ke Majelis Ulama Indonesia dan Nahdlatul Ulama.
Setelah melalui proses kajian, dipilih skema murur didahulukan. Subhan Cholid menjelaskan alasan jemaah dengan skema murur didahulukan pergerakannya dari Arafah.
Menurut dia, alasan paling utama adalah menghindari kepadatan dan masyaqqah yang lebih besar. Apalagi, jemaah yang ikut dalam skema ini masuk kategori risti, lansia, dan disabilitas.
“Kita dahulukan keberangkatannya untuk menghindari pertemuan jalur murur dan jalur taraddudi Muzdalifah-Mina. Jadi saat murur berjalan, jalur dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina masih kosong. Sebab, pergerakan Arafah ke Muzdalifah baru dimulai setelah pukul 22.00 WAS dan pergerakan dari Muzdalifah ke Mina, baru dimulai sekitar pukul 23.30 WAS,” papar Subhan.
“Keberangkatan jemaah dengan skema murur lebih awal, akan memberikan waktu lebih longgar bagi jemaah risti, lansia, dan disabilitas untuk naik dan turun kendaraan, baik di Arafah maupun saat tiba di Mina. Jadwal murur lebih awal juga akan menghindari penumpukan kedatangan jemaah haji di Mina,” ucap dia.
“Meski tiba lebih awal, jemaah risti, lansia, dan disabilitas, cenderung tidak beraktivitas keluar masuk tenda, sehingga tidak mengganggu lalu lintas,” kata dia.
Baca juga: 8 Bus Selawat Disiapkan Khusus untuk Jemaah Haji Lansia
Subhan menegaskan bahwa PPIH terus mendorong petugas kloter dan sektor untuk menyosialisasikan jadwal dan skema keberangkatan ini kepada jemaah. Para konsultan dan pembimbing ibadah akan memberikan penguatan dan pemahaman kepada jemaah terkait skema murur ini.
"Saat ini kami harus melakukan pendataan lewat sektor dan ketua kloter jemaah yang bakal murur itu. Jemaah dengan 5 kriteria itu basisnya kloter, para ketua akan menyampaikan datanya ke sektor. Nanti di setiap maktab akan 750-an jemaah. Kita targetkan kita dapat angka 55 ribu kemudian disesuaikan dengan berapa jumlah bus yg dibutuhkan untuk mengangkut jemaah ke Mina langsung," kata dia.
Subhan mengatakan, sejak tanggal 8 dzulhijah siang, sudah disiapkan konsumsi untuk jemaah di tenda-tenda Arafah dan Mina.
"Sehari makan tiga kali sehari. Sejak tanggal 8 dzulhijah jemaah diberikan makan siang, makan malam, lalu sarapan pagi di tanggal 9 dzulhijah, makan siang tanggal 9, dan makan malam tanggal 9 dzulhijjah, kemudian tanggal 10-13 dzulhijah," kata Subhan.
Dia mengatakan, pihak masyair memberikan jatah 15 kali makan. Enam di antaranya diberikan makanan siap saji yang didatangkan dari Indonesia, misalnya rendang, opor.
Enam kali di antaranya diberikan dalam waktu-waktu kritis saat jemaah dalam pergerakan. Misalnya, pada pukul 9, di saat jemaah sedang wukuf, supaya jemaah tenang, diberikan makanan siap saji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.