“Meskipun secara volume konsumsi tetap mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya, tetapi target penyaluran biodiesel B30 yang telah ditentukan pada awal tahun, jauh dari realisasi,” ucap Tungkot.
Baca juga: Direktur BPDPKS Sunari Dukung Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan
Meskipun demikian, Pemerintah Indonesia tetap berpegang teguh untuk menjalankan target bauran energi dengan kembali melanjutkan program mandatori biodiesel B30 sepanjang tahun 2020 hingga terus berlanjut pada 2021 dan 2022.
Selain diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik guna mewujudkan ketahanan energi nasional, Indonesia juga mengekspor biodiesel untuk memenuhi kebutuhan negara importir atas produk renewable energy yang rendah emisi. Ekspor biodiesel juga menjadi salah satu sumber devisa bagi Indonesia.
Selama periode 2009-2022, volume ekspor biodiesel indonesia relatif berfluktuatif, tetapi masih menunjukkan pertumbuhan positif, salah satunya dengan mengalami peningkatan dari 70.000 kL menjadi 419.000 kL.
Adapun pada periode 2011-2014, Tungkot menyebutkan bawah ekspor biodiesel Indonesia menunjukkan good performance dengan volume ekspor biodiesel yang relatif tinggi.
Baca juga: BPDPKS Raih Penghargaan dari Kemenkeu dan Ramaikan Kegiatan BLU 2023
Namun, pada 2015-2017, ekspor biodiesel Indonesia menurun signifikan. Menurutnya, penurunan ini diakibatkan karena dampak dari tuduhan anti-dumping dari Uni Eropa terhadap biodiesel Indonesia.
Sebagai informasi, Uni Eropa mengenakan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) dengan tarif yang tinggi berkisar 8,8-23,3 persen sejak November 2013.
“Ini akibatnya dapat menghambat impor biodiesel Indonesia ke pasar Uni Eropa. Kondisi ini juga mengurangi insentif eksportir biodiesel Indonesia,” tuturnya.
Pada 2018-2019, volume ekspor biodiesel Indonesia kembali menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan positif tersebut merupakan dampak atas kemenangan Indonesia dalam gugatan tingkat banding di Mahkamah Uni Eropa pada kasus Bea Masuk Anti-Damping (BMAD) untuk biodiesel Indonesia.
Baca juga: Gandeng BPDPKS, AII Hilirisasi 13 Teknologi Hasil Riset GRS
“Dengan kemenangan tersebut, Uni Eropa harus menghapus tarif BMAD yang artinya juga menghapus hambatan impor. Hal ini kembali mendorong peningkatan volume ekspor biodiesel Indonesia,” kata Tungkot.
Tungkot mengatakan, Uni Eropa merupakan tujuan utama ekspor biodiesel Indonesia selama periode 2012-2022.
“Uni Eropa memiliki restriksi perdagangan terhadap biodiesel sawit Indonesia dengan menerbitkan berbagai kebijakan yang menghambat perdagangan biodiesel, seperti BMAD, RED II ILUC. Namun, pangsa ekspor Indonesia ke negara tersebut relatif tinggi, yakni mencapai 40 persen,” ujarnya
Selain Uni Eropa, Tungkot juga menyebut, negara tujuan ekspor biodiesel Indonesia lainnya, yakni China yang mencapai 29 persen, Amerika Serikat 11 persen, Malaysia 9 persen, dan Singapura 6 persen.
Sementara itu, Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) menilai, potensi hilirisasi biofuel dalam beberapa tahun mendatang semakin terbuka lebar. Apalagi, kebutuhan energi akan selalu meningkat sebagai kebutuhan utama selain pangan.
Melihat potensi ini, sejumlah perusahaan hulu sawit mulai melirik untuk menjajaki bisnis hilirisasi biofuel. Industri biodiesel sebagai salah satu produk turunan biofuel telah dimulai sejak 2005.
Hingga saat ini, biodiesel berkontribusi sebesar 30 persen pada solar. Pada Februari 2023, kontribusi biodiesel meningkat menjadi 35 persen pada solar.
Untuk itu, Aprobi menegaskan bahwa pihaknya siap untuk memasok biodiesel dengan kualitas serta volume sesuai dengan ketentuan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.