Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Reformasi yang Semakin Setengah Hati

Kompas.com - 21/05/2024, 10:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KATA Reformasi sudah semakin hilang di ruang publik kita. Mayoritas narasi politik para politisi sudah semakin ahistoris.

Cita-cita ekonomi untuk menjadi negara besar dan maju tanpa dibarengi dengan narasi penguatan institusi demokrasi sudah menjadi cita-cita hampir semua pembesar negeri hari ini.

Bahaya oligarki sudah bukan lagi kekhawatiran para elite, karena kenikmatan-kenikmatan politik yang ditawarkan oleh jejaring oligarki semakin merasuk ke dalam nadi para elite politik negeri ini, lalu menyusupi suara-suara yang mereka gaungkan di ruang publik.

Semua pihak tentu mengharapkan Indonesia bisa semakin maju di segala sisi, sejahtera secara ekonomi, dan disegani secara geopolitik.

Namun demikian, kewajiban untuk tetap memperjuangkan kehadiran demokrasi yang berkualitas tinggi juga semestinya menyertainya.

Bukan saja karena tuntutan konstitusi, tapi juga karena secara historis ketidakwaspadaan kekuasaan kepada praktik-praktik nondemokratis memang telah terbukti hanya membuat rakyat banyak tak lebih dari sekadar penonton dan obyek penderita.

Sekalipun Orde Baru terbilang berhasil dari sisi ekonomi, sebut saja seperti itu, tetapi penolakan publik kepada Orde Baru di penghujung kekuasaannya adalah bukti bahwa keberhasilan ekonomi bukanlah tujuan tunggal yang diharapkan oleh publik dan bukan pula misi satu-satunya yang harus diperjuangkan oleh pemerintah.

Pembangunan ekonomi yang dijalankan dan dikawal secara demokratis adalah jalan yang paling diinginkan oleh publik dan paling simetris dengan cita-cita ideologis Indonesia, namun justru dilupakan oleh Orde Baru.

Karena itulah, narasi utama reformasi sangat kental dengan narasi demokratisasi dan pendalaman praktik demokrasi di Indonesia.

Pembenahan tata kelola pemerintahan agar tidak lagi dikuasai oleh praktik-praktik korupsi, nepotisme, dan kolusi, pembenahan distribusi kue ekonomi agar lebih berkeadilan, penghentian praktik monopoli dan personalisasi (familialisasi) kekuasaan, dan pengutamaan praktik-praktik politik elektoral yang berbasiskan kepada kepentingan orang banyak, adalah isu-isu utama yang menyertai pelengseran rezim Orde Baru.

Namun, mulai sejak masa jabatan kedua Presiden Joko Widodo, napas Reformasi semakin melemah, bahkan tersengal-sengal.

Isu-isu utama yang pernah bergema di masa awal Reformasi kini semakin terdengar sayup-sayup, bahkan pada bagian tertentu justru sudah redup.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menjadi salah satu ujung tombak Reformasi untuk memberantas praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) kini justru berjalan seperti “zombie”.

KPK berjalan seperti mayat hidup yang sedang dijangkiti virus berbahaya, yakni virus “pemberantasan korupsi” titipan penguasa, bukan pemberantasan korupsi berbasiskan penilaian yang independen dan mandiri demi terciptanya praktik tata pemerintahan yang bersih.

Dari sisi ekonomi, kue ekonomi semakin terbagi secara timpang. Angka gini rasio justru semakin memburuk. Saat ini sudah berada di angka 0,388, memburuk dibanding tahun 2023 lalu 0,381.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kantor Presiden di IKN Bisa Digunakan Jokowi Pada Juli

Kantor Presiden di IKN Bisa Digunakan Jokowi Pada Juli

Nasional
Data di 282 Layanan Kementerian/Lembaga Hilang Imbas Peretasan PDN, Hanya 44 yang Punya 'Back Up'

Data di 282 Layanan Kementerian/Lembaga Hilang Imbas Peretasan PDN, Hanya 44 yang Punya "Back Up"

Nasional
Bansos Presiden Pun Dikorupsi, Negara Rugi Rp 125 M

Bansos Presiden Pun Dikorupsi, Negara Rugi Rp 125 M

Nasional
Saat PPATK Ungkap 1.000 Lebih Anggota Dewan Main Judi Online

Saat PPATK Ungkap 1.000 Lebih Anggota Dewan Main Judi Online

Nasional
Hari Ini, Emirsyah Satar Jalani Sidang Tuntutan Pengadaan Pesawat di Maskapai Garuda

Hari Ini, Emirsyah Satar Jalani Sidang Tuntutan Pengadaan Pesawat di Maskapai Garuda

Nasional
Hari Ini, Sosok yang Ancam 'Buldozer' Kemenkominfo Jalani Sidang Vonis Perkara BTS 4G

Hari Ini, Sosok yang Ancam "Buldozer" Kemenkominfo Jalani Sidang Vonis Perkara BTS 4G

Nasional
Pakar IT Sebut Pemblokiran Tak Efektif Tuntaskan Persoalan Judi Online

Pakar IT Sebut Pemblokiran Tak Efektif Tuntaskan Persoalan Judi Online

Nasional
Basmi Judi Online: Urgen Penindakan, Bukan Pencegahan

Basmi Judi Online: Urgen Penindakan, Bukan Pencegahan

Nasional
Ungkap Alasan Ingin Maju Pilkada Jakarta, Sudirman Said Mengaku Dapat Tawaran dari Sejumlah Partai

Ungkap Alasan Ingin Maju Pilkada Jakarta, Sudirman Said Mengaku Dapat Tawaran dari Sejumlah Partai

Nasional
Respons PDI-P, Nasdem, dan PKB Usai Duet Anies-Sohibul Iman Diumumkan

Respons PDI-P, Nasdem, dan PKB Usai Duet Anies-Sohibul Iman Diumumkan

Nasional
Sudirman Said Mengaku Ingin Maju Pilkada Jakarta Bukan untuk Jegal Anies

Sudirman Said Mengaku Ingin Maju Pilkada Jakarta Bukan untuk Jegal Anies

Nasional
Peretasan Data Bais TNI, Kekhawatiran Bocornya Hal Teknis dan Operasi

Peretasan Data Bais TNI, Kekhawatiran Bocornya Hal Teknis dan Operasi

Nasional
Momen Jokowi Sapa Warga hingga Minum Es Teh di Mal Kota Palangkaraya

Momen Jokowi Sapa Warga hingga Minum Es Teh di Mal Kota Palangkaraya

Nasional
Gagal Lawan Peretas PDN, Pemerintah Pasrah Kehilangan Data Berharga

Gagal Lawan Peretas PDN, Pemerintah Pasrah Kehilangan Data Berharga

Nasional
Komisi III Minta Satgas Ambil Langkah Konkret Perangi Judi 'Online'

Komisi III Minta Satgas Ambil Langkah Konkret Perangi Judi "Online"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com