Pasalnya, penguasa akan dengan mudah mengatasnamakan kepentingan “negara kuat dan tangguh” untuk melindas aspirasi publik, mengesampingkan kebebasan berpendapat, mengubur dalam-dalam cita-cita Reformasi, dan muncul dalam bentuk vulgar sebagai kekuatan yang monolitik otoritarianistik. Dan dalam fase inilah Indonesia kini sedang berada.
Saya, satu di antara sekian insan yang sempat mengalami masa Orde Baru, masa transisi, dan reformasi sampai hari ini, merasakan dengan sangat jelas bahwa pendulum kekuasaan hari ini sudah mulai mengayun kembali ke masa lalu.
Dan sayangnya, sebagian besar, jika tak mau dibilang mayoritas, elite kita justru tidak lagi menganggapnya sebagai "ancaman" masa depan, bahkan malah merangkulnya dengan suka cita.
Reformasi kini sudah dipandang sebelah mata dan dijalankan dengan setengah hati. Tak tampak lagi kesedihan politik di wajah-wajah elite kita di saat visi misi reformasi mulai memudar di dalam praktik-praktik ekonomi politik nasional.
Bahkan "hati yang setengah" itupun kini sudah terancam terus menyusut menjadi seperempat, atau mungkin lebih kecil lagi dari itu. Sangat miris sekali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.