Risma menjelaskan hal tersebut dengan foto-foto yang menyentuh empati para audiens dan membangkitkan kerinduan warga Indonesia di Jerman untuk berkontribusi menolong sesama anak bangsa di Tanah Air.
Dia juga menjelaskan keberhasilan transformasi organisasi Kemensos dengan bantuan teknologi informasi dan modal sosial “gotong royong” yang menjadi budaya Indonesia.
Menurutnya, hal tersebut menggerakkan Kemensos untuk memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi masyarakat.
Dalam kesempatan itu, dia juga menolak untuk terjebak dalam gender parity sesuai tema yang diberikan penyelenggara.
“Kalau memimpin dan menjalankan manajemen dengan bantuan teknologi informasi, apa perbedaan laki-laki dan perempuan ?” tanya Risma kepada peserta.
Baca juga: Mensos Risma Bagikan Pengalaman RI Tangani Bencana dalam OECD Infrastructure Forum Paris
Dia menyebutkan, implementasi komando dan pengendalian dalam sistem Command Center dan SIKS-NG (aplikasi di Kemensos) menerima perintah dan menyelesaikan pekerjaan dilakukan melalui informasi.
Oleh karenanya, aplikasi itu tidak membedakan apakah seseorang berhadapan dengan laki-laki atau perempuan.
Pada sesi tanya jawab, Ali Raza, seorang peneliti yang berasal dari Pakistan dan bekerja di Helmut-Schmidt-Universität - Universität der Bundeswehr Hamburg, menanyakan bagaimana Mensos Risma bisa menjadi perempuan yang mempunyai kepemimpinan yang sangat kuat.
Risma menegaskan, hal yang terpenting adalah niat untuk menyelesaikan permasalahan warga dan sebagai pemimpin bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ali mengaku kagum dengan kepemimpinan Risma dalam menyelesaikan urusan warga, yakni menggunakan energi sosial masyarakat.
Baca juga: Program Pena Kemensos Luluskan 21.333 KPM, Mensos Risma: Kami Akan Terus Jalankan
Peserta berikutnya, Maria, turut memberikan testimoni sekaligus berterima kasih.
Dia mengatakan, keluarganya yang tinggal di kaki Gunung Lewotobi, pedalaman Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) terkena bencana erupsi pada Januari 2024.
Lalu, bantuan dari Kemensos sudah datang dalam hitungan hari. Sebelumnya, bantuan baru datang dalam waktu minggu atau bulan atau bahkan tidak ada sama sekali hadir.
Pada kesempatan itu, Direktur Program Studi Indonesia/Malay Jan van der Putten menyatakan, semua orang tahu Risma adalah arek Suroboyo perencana kota yang berdedikasi dalam memimpin kota.
Kehadiran Risma di Universität Hamburg merupakan momen sejarah yang telah dinanti-nantikan sekaligus untuk memberikan kuliah umum itu atas pengakuan sebagai pemimpin perempuan yang berhasil.
Baca juga: Mensos Risma Menangis Ceritakan Pengusaha yang Terima Pekerja Penyandang Disabilitas