Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasto Sebut Ada Kemiripan antara Jokowi dan Soeharto

Kompas.com - 02/04/2024, 22:13 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto berpandangan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden kedua RI, Soeharto, memiliki kesamaan dalam berupaya mempertahankan kekuasaannya.

Keduanya, kata Hasto, mempertahankan kekuasaan melalui pemilu. Soeharto dan Jokowi dinilainya melakukan abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan, seperti memanfaatkan aparat negara.

Hal tersebut disampaikan Hasto dalam kegiatan Bedah Buku NU, PNI, dan Kekerasan Pemilu 1971 karya Ken Ward (1972) di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).

Baca juga: Hasto Ungkap Jokowi Sempat Utus Menteri Agar Megawati Serahkan Kursi Ketum PDI-P

Ketika membaca buku ini, Hasto mengaku tak hanya melihat wajah Soeharto, tetapi juga Jokowi.

"Saya mencoba menghilangkan Pak Jokowi, tetapi sulit. Maklum 23 tahun bersama Pak Jokowi. Tetapi apakah karakternya (Jokowi dan Soeharto) sama? Nanti kita lihat," kata Hasto dalam diskusi itu.

Hasto mencontohkan bagaimana era kepemimpinan Presiden Soeharto memakai kekerasan pada Pemilu 1971 hanya demi mempertahankan kekuasaan.

Hal itulah yang akhirnya menjadi titik konsolidasi kekuatan otoriter sampai 27 tahun kemudian.

Kekerasan saat rezim Soeharto yang dimaksud Hasto yakni kekerasan kepada jurnalis.

Baca juga: Sidang MK, Ahli Sebut Ganjar Kalah di Lumbung Suara PDI-P karena Jokowi Intens Berkunjung

Hal yang sama, menurut Hasto, juga dinilai terjadi di era kepemimpinan Presiden Jokowi.

Hasto juga menyampaikan, pada Pemilu 1971, Badan Pengawas Pemilu (kini KPU) ikut bermain.

Menurut dia, hal itu pun terlihat pada saat ini, kecuali DKPP yang masih menunjukkan kredibiltasnya.

"Yang lain kita lihat bagian dari skenario abuse of power tersebut," kata dia.

Menurut Hasto, Soeharto punya waktu 18 bulan untuk mempersiapkan skenario mempertahankan kepemimpinan lewat operator politiknya, yakni Ali Murtopo, Amir Machmud, dan Sujono Mardani.

"Kalau Pak Jokowi berapa bulan? Saya belum bisa menjawab. Nah, kalau diukur pertama Pak LBP (Luhut Binsar Pandjaitan) mengatakan bahwa di PDI Perjuangan sebenarnya banyak 70 persen, saya lupa angkanya, yang setuju perpanjangan jabatan pada 11 Maret 2022, itu artinya 19 bulan dipersiapkan. Kalau ditinjau Pak Anwar Usman menikah pada Juni itu 16 bulan," tutur Hasto.


Kemudian, kata Hasto, Soeharto membangun narasi pembangunan nasional, stabilitas politik, keamanan, akselerasi, dan modernisasi pembangunan 25 tahun ke depan dengan mimpi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com