“Dengan (anak) menerima imunisasi di posyandu, risiko-risiko (terkena) penyakit dapat dihindari,” katanya.
Terkait banyaknya perempuan yang bekerja sambil merawat anak di era sekarang, Lucy menekankan agar ibu dan orangtua untuk pintar membagi waktu.
Baca juga: Bantu Penurunan Stunting lewat Buku dan e-Learning, Tanoto Foundation Dapat Apresiasi dari BKKBN
Hal itu, kata Lucy, dapat dimulai dari pemahaman seorang ibu yang menyadari pentingnya pengasuhan bagi anak. Kalau ibu menyadari pengasuhan, maka dia akan merasa tertarik. Kemudian, ibu akan mengadopsi apa yang telah diketahui,” jelasnya.
Lebih lanjut, Lucy mengatakan, orangtua dapat mengikuti program peningkatan literasi terkait stunting dari pemerintah, seperti Orangtua Hebat dari BKKBN melalui orangtua.id, Ayo Sehat dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui ayosehat.kemkes.go.id, hingga Gen Best dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) melalui genbest.id.
Selain itu, ada juga buku Stunting-pedia: Apa yang Perlu Diketahui tentang Stunting oleh Tanoto Foundation yang dapat dijadikan sebagai pedoman penanggulangan stunting, baik untuk orangtua maupun pemangku kepentingan.
“Buku ini berisi penjelasan apa itu stunting, siklus hidup manusia, masa remaja, kehamilan, cara melakukan informasi dan edukasi bagi keluarga, hingga praktik baik dari berbagai negara,” terangnya.
Buku itu dibagi menjadi dua jilid, yakni Jilid I yang menjelaskan tentang konsep dasar stunting, mulai dari awal mula terjadinya stunting hingga pencegahannya pada setiap tahapan daur kehidupan.
Baca juga: Cegah Stunting di Kota Semarang, Tanoto Foundation Hadirkan Rumah Anak SIGAP
Tahapan yang disajikan pun lengkap, yakni dimulai pada masa remaja, calon pengantin (catin), ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah dua tahun (baduta), hingga anak di bawah lima tahun (balita).
Sementara itu, Stunting-pedia Jilid II menjelaskan strategi perubahan perilaku, peran pemerintah, berbagai inovasi dari Indonesia maupun negara lain dalam percepatan penurunan stunting, serta pencapaian saat ini dan langkah percepatan penurunan stunting selanjutnya.
Buku Stunting-pedia tersedia dalam bentuk versi digital dan dapat diunduh secara gratis di laman Siapkan Generasi Anak Berprestasi (SIGAP) sigap.tanotofoundation.org/kategori-konten/publikasi.
Stunting tidak hanya rentan di keluarga miskin, tetapi juga menengah ke atas.
Lucy mengatakan salah satu faktor tidak langsung penyebab stunting adalah kemiskinan.
“Bila jumlah stunting di suatu daerah tinggi, maka masyarakat di daerah tersebut belum sejahtera atau memperoleh pelayanan yang baik, termasuk aspek kesehatan, pendidikan, dan sosial,” katanya.
Baca juga: Percepat Penurunan Stunting, Pemkab Banyumas Gandeng Tanoto Foundation Hadirkan Rumah Anak Sigap
Perempuan yang juga berprofesi sebagai dosen tidak tetap Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) itu mengatakan, stunting juga dapat terjadi pada keluarga tingkat kelas menengah atas atau berpendidikan tinggi.
“Kalau ada keluarga menengah atas tapi tidak menerapkan pengasuhan yang baik, maka anaknya bisa kena stunting. Di negara maju juga ada stunting dengan prevalensi sekitar 5-10 persen,” jelasnya.
Lucy mengatakan, penyebab terjadinya stunting di negara maju umumnya karena infeksi penyakit atau faktor perilaku, seperti merokok, minum alkohol, hingga mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Terkait hal tersebut, dia menekankan pentingnya sosialisasi pemahaman stunting, mulai dari penyebab, cara mencegah, hingga penanganannya.
“Ibu atau calon ibu di daerah seringkali tidak memiliki akses dan bergantung pada informasi pribadi. Perlu kolaborasi pentahelix antarsektor melalui kerja sama dengan perguruan tinggi, organisasi, hingga lembaga filantropi untuk mengomunikasikan pesan terkait stunting yang sesuai dengan sumber daya lokal,” katanya.
Baca juga: Aktif Bantu Penurunan Stunting, Tanoto Foundation Terima Penghargaan dari Marruf Amin
Lucy mengatakan, masyarakat juga perlu bijak dalam memilih informasi, terutama di media sosial (medsos), serta tidak ragu untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan guna mendapatkan informasi terkait.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.