Kemudian, setelah saya berkoordinasi dengan penyidik, kami mulai melakukan upaya undercover buy (pembelian yang disamarkan). Tujuannya untuk mendeteksi kebenaran barang yang dijual narkoba atau bukan.
Setelah dilakukan transaksi, benar bahwa zat tersebut mengandung narkoba ganja sintetis.
Saya meyakini model penjualan tersebut sudah umum terjadi di beberapa platform media sosial. Petugas perlu telaten memantau aktivitas akun-akun tersebut hingga menemukan pemilik akunnya untuk diproses hukum hingga meja pengadilan.
Cara tersebut memang membutuhkan waktu dan proses yang tidak mudah karena petugas perlu bermanuver secara alamiah menjadi bagian dari penjual atau pembeli di komunitas akun-akun perdagangan gelap narkoba sintetis.
Terdapat cara mudah untuk menghentikan aktivitas sementara akun-akun tersebut, yaitu berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika agar akun-akun tersebut di-take down.
Namun, cara seperti ini menjadi kurang greget karena pelaku masih dapat menghidupkan kembali akun barunya.
Pengawasan terhadap media sosial sebenarnya ditunjukkan dalam kerangka menjaga kalangan remaja karena mereka adalah konsumen sesungguhnya. Ganja dan ganja sintetis adalah jenis narkoba dengan harga terjangkau.
Selain itu, zat psikoaktif dari dua narkoba tersebut tampaknya menjadi favorit penyalahgunaan bagi kelompok remaja. Para pengguna zat tersebut yang berasal dari kelompok remaja merasa cocok atas efek yang ditimbulkannya.
Dari beberapa pemakai ganja dan ganja sintetis yang saya temui, alasan mereka menggunakan ganja karena efek tenang yang ditimbulkan.
Katanya, seolah masalah yang sedang mereka hadapi sirna seketika. Terdapat efek tenang yang mereka rasakan.
Apalagi, pengguna remaja mengalami risiko 3,5 kali lebih rentan kecanduan ganja dibandingkan pengguna usia dewasa sebagai penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of Psychopharmacology edisi Juni 2022 lalu.
Para peneliti dari UCL dan King’s College London juga menyebutkan gangguan penggunaan ganja ditunjukkan dengan adanya gejala mengidam, kegagalan di sekolah dan pekerjaan, penarikan, dan memunculkan atau memperburuk masalah interpersonal.
Persoalan menjadi semakin runyam ketika mereka mempersepsikan ganja sintetis setara dengan ganja alami. Padahal, ganja sintetis memiliki efek negatif puluhan kali lipat dibandingkan ganja alami sebagaimana yang disebutkan Departemen Kesehatan Amerika Serikat (CDC).
Penyebaran narkoba di media sosial dapat dilakukan dalam bentuk apapun seperti beragam jenis makanan. Karena itu, kepiawaian petugas untuk memperbarui perkembangan di media sosial menjadi krusial.
Pemantauan aktivitas kejahatan yang berbasis internet juga tidak hanya dilakukan di web-web permukaan (surface web), namun juga dilakukan di web-web tersembunyi (deep dan dark web).
Lagi-lagi, kemampuan petugas untuk mengendalikan situasi kejahatan tersebut menjadi kunci apakah generasi muda yang memiliki kerentanan menjadi target pasar lebih besar dapat terlindungi atau tidak.
Keripik, brownies, kukis, atau beragam jenis makanan yang mengandung narkoba pada akhirnya sekadar gimmick dari para pengedar. Prinsipnya, mereka menggunakan cara apapun agar narkoba dapat mereka edarkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.