Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Virdika Rizky Utama
Peneliti PARA Syndicate

Peneliti PARA Syndicate dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Shanghai Jiao Tong University.

Implikasi RUU DKJ bagi Masa Depan Jakarta

Kompas.com - 07/12/2023, 06:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perubahan yang diusulkan dapat mengarah pada skenario di mana gubernur lebih bertanggung jawab kepada pemerintah pusat, yang berpotensi mengurangi peran opini publik dan partisipasi dalam membentuk tata kelola pemerintahan kota.

Secara global, ada beberapa contoh kota yang telah berkembang di bawah kepemimpinan yang ditunjuk. Namun, contoh-contoh ini sering kali muncul dalam konteks politik dan budaya berbeda.

Apa yang berhasil di satu negara terkadang hanya dapat diterapkan di negara lain. Lanskap sosial-politik Jakarta yang unik dan sejarah kemajuan demokrasinya harus dipertimbangkan ketika merenungkan perubahan mendasar dalam tata kelola pemerintahan.

Terlepas dari berbagai kritik yang ada, penting untuk mengenali potensi manfaat dari model yang ditunjuk oleh presiden. Sistem ini dapat menciptakan stabilitas dan efisiensi dalam tata kelola pemerintahan Jakarta.

Gubernur yang ditunjuk secara terpusat mungkin akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengimplementasikan kebijakan nasional dengan cepat dan efektif.

Model ini juga dapat menciptakan pendekatan yang lebih terintegrasi terhadap pembangunan kota, menyelaraskan rencana kota dengan strategi nasional.

Perdebatan mengenai RUU DKJ lebih dari sekadar efisiensi administratif; perdebatan ini menyentuh inti dari bagaimana Indonesia menghargai prinsip-prinsip demokrasi dan otonomi daerah.

Keputusan untuk beralih ke sistem yang ditunjuk oleh presiden tidak boleh dianggap enteng. Hal ini membutuhkan pemahaman yang komprehensif tentang tarik ulur antara efisiensi dan keterlibatan demokratis, sentralisasi dan desentralisasi, serta keseimbangan antara kepentingan nasional dan lokal.

Dalam mengkaji ulang model tata kelola pemerintahan untuk Jakarta, sangat penting untuk menyeimbangkan kepentingan-kepentingan yang saling bersaing ini.

Tata kelola kota yang efektif harus mencakup suara dan kebutuhan penduduknya sambil menyelaraskan dengan strategi nasional yang lebih luas.

Keseimbangan yang sulit ini paling baik dicapai melalui sistem yang mendorong partisipasi aktif masyarakat dan memastikan akuntabilitas dan transparansi dalam tata kelola pemerintahan.

Pada akhirnya, model tata kelola pemerintahan yang diadopsi untuk Jakarta akan mencerminkan komitmen Indonesia untuk melestarikan dan memelihara etos demokrasinya.

Hal ini akan menentukan bagaimana kota ini terus berkembang sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik dan sebagai mercusuar nilai-nilai demokrasi dan pemberdayaan lokal di kawasan Asia Tenggara.

Keputusan yang akan diambil bukan hanya sekadar memilih model pemerintahan yang lebih efisien, melainkan juga menegaskan prinsip-prinsip yang akan memandu masa depan Jakarta dan, lebih jauh lagi, lintasan demokrasi di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hasto PDI-P: Banteng Boleh Terluka, tapi Harus Tahan Banting

Hasto PDI-P: Banteng Boleh Terluka, tapi Harus Tahan Banting

Nasional
PDI-P Sentil Penunjukan Pansel Capim KPK: Banyak yang Kita Tak Tahu 'Track Record' Pemberantasan Korupsinya

PDI-P Sentil Penunjukan Pansel Capim KPK: Banyak yang Kita Tak Tahu "Track Record" Pemberantasan Korupsinya

Nasional
Respons Putusan MA, Demokrat: Bisa Ikut Pilkada Belum Tentu Menang

Respons Putusan MA, Demokrat: Bisa Ikut Pilkada Belum Tentu Menang

Nasional
Blok Rokan Jadi Penghasil Migas Terbesar Se-Indonesia, Jokowi Berikan Apresiasi

Blok Rokan Jadi Penghasil Migas Terbesar Se-Indonesia, Jokowi Berikan Apresiasi

Nasional
Tiru India, Pemerintah Siapkan PP Mudahkan Diaspora Balik ke Indonesia

Tiru India, Pemerintah Siapkan PP Mudahkan Diaspora Balik ke Indonesia

Nasional
Menpan-RB Dorong Kantor Perwakilan RI Terapkan Pelayanan Publik Terintegrasi

Menpan-RB Dorong Kantor Perwakilan RI Terapkan Pelayanan Publik Terintegrasi

Nasional
Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah Dinilai Beri Karpet Merah Dinasti Jokowi

Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah Dinilai Beri Karpet Merah Dinasti Jokowi

Nasional
Kunjungi Kantor Pusat DEC di China, Puan Tekankan Pentingnya Peningkatan Kerja Sama Antarnegara 

Kunjungi Kantor Pusat DEC di China, Puan Tekankan Pentingnya Peningkatan Kerja Sama Antarnegara 

Nasional
Isnaq Rozaq, Peternak Termuda DD Farm Jateng yang Tekun Gapai Mimpi Jadi Musisi

Isnaq Rozaq, Peternak Termuda DD Farm Jateng yang Tekun Gapai Mimpi Jadi Musisi

Nasional
Prabowo Bertemu PM Baru Singapura, Janji Lanjutkan Kerja Sama Bilateral

Prabowo Bertemu PM Baru Singapura, Janji Lanjutkan Kerja Sama Bilateral

Nasional
PDI-P Pertimbangkan Usung Anies di Jakarta jika Diusulkan Akar Rumput

PDI-P Pertimbangkan Usung Anies di Jakarta jika Diusulkan Akar Rumput

Nasional
Sempat Tidak Fit, Megawati Sapa Warga di Kantor PDI-P Ende

Sempat Tidak Fit, Megawati Sapa Warga di Kantor PDI-P Ende

Nasional
Sentil Projo, PDI-P: Pemimpin Partai Lahir dari Kaderisasi, Bukan Berupaya Perpanjang Kekuasaan

Sentil Projo, PDI-P: Pemimpin Partai Lahir dari Kaderisasi, Bukan Berupaya Perpanjang Kekuasaan

Nasional
PDI-P Ingatkan GP Ansor: Spirit NU untuk Merah Putih, Bukan Keluarga

PDI-P Ingatkan GP Ansor: Spirit NU untuk Merah Putih, Bukan Keluarga

Nasional
Profil Thomas Djiwandono, Ponakan Prabowo yang Dikenalkan Sri Mulyani ke Publik

Profil Thomas Djiwandono, Ponakan Prabowo yang Dikenalkan Sri Mulyani ke Publik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com