Disabilitas hukum yang dihasilkan MK bisa saja dikhotbahkan demi dan untuk kepentingan negara dan pemudanya! Bahkan bermoral atau tidaknya putusan itu, nanti bisa dibicarakan di ruang-ruang gelap serta tergantung sudut pandang.
Setidaknya, tidak bermoralnya politik yang dijalankan bisa saja ditutup dengan moralitas-moralitas baru yang dipidatokan di mimbar kekuasaan.
Mimpi-mimpi yang dibangun oleh para aktivis organisasi kepemudaan untuk bisa menjadi pemain kunci dalam politik kembali dihempaskan oleh kenyataan.
Pilihan yang tersedia hanya kembali menjadi tukang sorak dan bergelayut di ketek para oligarki sembari berlagak menjadi tokoh penting.
Kembali memperdagangkan pengaruhnya di organisasi sambil mengharapkan tawaran menjadi tim sukses. Marwah dan kader akhirnya tergadaikan karena asa mendapatkan cipratan kesejahteraan.
Pilihan segilintir aktivis untuk mendukung Gibran bisa dipahami sebagai ceruk mengasapi dapur. Tidak perlu ditungkus dengan ceramah-ceramah ideologis dan merasionalisasikan pilihan.
Dukungan itu terkadang dijalankan sambil mendendangkan nada-nada utopis bonus demografi generasi milenial dan Gen-Z.
Harusnya fenomena ini memupuk kesadaran, kaderisasi di organisasi pemuda dan mahasiswa retak, lumpuh, dan tidak berguna lagi.
Organisasi kepemudaan tidak bisa melahirkan kader seperti Almas yang memengaruhi politik elite. Tidak juga bisa melahirkan pemuda seperti Gibran dengan pelbagai deretan "prestasinya".
Untung masih retak, belum sepenuhnya hancur karena masih ada asa untuk perbaikan ke depannya, asal jangan salah urus.
Harus ada aktivis-aktivis yang berdiri di luar politik praktis sebagai penghidup alarm tanda bahaya. Walaupun demikian, siapapun yang akan menang dalam pilpres ke depan tentu memiliki program-program baik untuk kemaslahatan bangsa. Itupun kalau ada!
Umur memang tidak bisa dijadikan patokan kemampuan seseorang. Durasi hidup sama sekali tidak ada kaitannya dengan keahlian yang dimiliki seseorang.
Orang-orang yang mempermasalahkan umur adalah orang-orang primitif yang masih tersisa di kehidupan modern. Pengagungan senioritas adalah bentuk lain dari imperialisme karakter. Sisa-sisa peradaban lama. Harus dilawan.
Persoalannya bukan pada umurnya Gibran. Keberadaannya dalam kontestasi pilpres sulit untuk dikatakan terjadi secara alamiah. Banyak hal yang dieksploitasi guna mendapatkan kedudukan sekarang.
Keberhasilannya selama menjadi Wali Kota Solo tidak bisa dilepaskan dari modal kekuasaan Jokowi. Sejak 26 Februari 2021, Gibran menjadi Wali Kota Solo secara “tidak sengaja” banyak proyek pemerintah pusat yang mengalir ke Solo.
Temuan penelusuran sederhana saya, terdapat 16 Proyek yang berasal dari dana APBN dan BUMN yang mengalir ke Solo.
Di antaranya, proyek rel layang Simpang Joglo, revitalisasi Taman Balekambang, revitalisasi Pasar Jongke, revitalisasi Pasar Mebel Gilingan, penataan jalan Ngarsopuro-Gatot Subroto, renovasi Pura Mangkunegaran, revitalisasi Lokananta, revitalisasi Keraton Kasunanan, PLTSA Putri Compo, Jembatan Jurug, pembangunan Viaduk Gilingan, Rusun Putri Cempo, revitalisasi Pasar Legi, pembangunan Rusunawa Semanggi, bantuan transportasi bus dengan jumlah besar, dan renovasi Stadion Manahan Solo.
Belum lagi pembangunan yang bersumber dari hibah swasta dan asing, di antaranya: pembangunan Masjid Sheikh Zayed, rencana pembangunan GOR Indoor Manahan, dan Islamic Center.
Dilihat dari deretan program dan proyek yang mengalir deras ke Kota Solo, pertumbuhan ekonomi 6,25 persen tahun 2022 memang nyata adanya.