Dengan hasil tersebut, sebut Irfan, Garuda Indonesia siap untuk menjajaki penggunaan SAF pada lini operasional penerbangan komersial.
Baca juga: China Setujui Dimulainya Kembali Penerbangan Komersial Korea Utara
“Tentunya kesiapan tersebut akan diselaraskan dengan kajian implementasi SAF secara komprehensif terhadap kesiapan sektor korporasi dalam mengadaptasi penggunaan energi terbarukan ini, khususnya pada lini penerbangan komersial,” imbuhnya.
Irfan menyebut, hal tersebut merupakan langkah awal yang sekiranya dapat menjadi misi berkelanjutan bagi ekosistem aviasi untuk bergerak semakin adaptif dalam menghadirkan kontribusi bagi keberlangsungan lingkungan hidup.
Sementara itu, Dirut Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan bahwa pihaknya sebagai perusahaan energi terus berupaya untuk mengembangkan bahan bakar hijau, salah satunya dengan memproduksi SAF untuk industri aviasi Indonesia.
“Produk SAF merupakan hasil inovasi lintas fungsi dan subholding Pertamina, ini merupakan bukti berkomitmen untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan renewable fuel khususnya bahan bakar pesawat terbang,” ucap Nicke.
Baca juga: Pesawat yang Lintasi Irak-Iran Rawan Kesasar akibat GPS Spoofing
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Pertamina memproduksi SAF pada fasilitas Green Refinery PT Kilang Pertamina Internasional, yaitu Kilang Cilacap dengan menggunakan metode co-processing ester dan fatty acid atau hydroprocessed esters and fatty acids (HEFA).
Nicke menjelaskan, SAF memiliki banyak keunggulan salah satunya emisi yang lebih rendah dibandingkan fossil fuel.
Nantinya, kata dia, SAF akan dipasarkan melalui PT Pertamina Patra Niaga untuk industri aviasi Indonesia.
“Keberhasilan Pertamina memproduksi SAF menjadi yang pertama di Regional Asia Tenggara. Harapannya SAF bisa dapat segera dipasarkan penerbangan komersial sebagai tonggak utama pengembangan green energy di Indonesia dan berkontribusi pada program dekarbonisasi,” ujar Nicke.
Baca juga: Jelang MotoGP Mandalika, Garuda Indonesia Group Siapkan 6.200 Kursi Tambahan Penerbangan ke Lombok
Untuk diketahui, Pertamina dan Garuda Indonesia menggandeng sejumlah pihak dalam mengembangkan SAF hingga mencapai keberhasilan seperti sekarang.
Sejumlah pihak tersebut, yaitu Direktorat Jenderal (Ditjen) Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), ITB, serta Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi).
Kemudian, ada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta anak-anak usaha Pertamina dan Garuda Indonesia.
SAF dikembangkan sebagai salah satu upaya menjalankan program transisi energi sekaligus untuk mencapai target NZE 2060.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen mendukung target NZE 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan environmental, social, and governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.