Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Akankah PKS Tetap Jadi Pelengkap Koalisi "Sebastian"?

Kompas.com - 08/09/2023, 08:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perlukah PKS melakukan reposisi politik?

Sesuai dengan amanat Majelis Syuro PKS, hingga saat ini sikap politik PKS masih tetap mendukung pencalonan Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Hanya saja masuknya nama Cak Imin dan PKB tentu tidak masuk dalam “hitung-hitungan” PKS ketika memutuskan masuk dalam koalisi bersama Nasdem dan Demokrat pada Desember 2022.

Selama 10 tahun pemerintahan Jokowi berada di luar gelanggang kekuasaan usai menikmati “manisnya” 10 tahun bersama Demokrat dalam era Presiden SBY, membuat PKS tetap mempertahankan strategi partainya sebagai oposisi kekuasaan yang “berbau” Jokowi.

Keputusan PKS melabuhkan pilihan politiknya dengan mendukung Anies Baswedan tidak terlepas dari positioning partai untuk tetap berada di kelompok antitesa Jokowi. Anies memang disimbolkan sebagai tokoh yang bertolak belakang dengan Jokowi.

Dari tiga kali survei yang dilakukan Tim Litbang Kompas, langkah PKS mendukung Anies Baswedan ternyata tidak mendapatkan dampak dari efek ekor jas.

Raihan elektabilitas PKS dalam survei Mei 2023, hanya menyentuh angka 3,8 persen atau turun 1,0 persen dari triwulan sebelumnya. Angka elektabilitas 3,8 persen tersebut identik dengan Oktober 2019 (Kompas.tv, 23 Mei 2023).

Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) terbaru membuat PKS agak bernapas lega. Dari periode awal Agustus 2023, PKS memiliki elektabilitas 5,2 persen. Hasil ini pun sebetulnya mengalami penurunan dibanding hasil survei setahun sebelumnya, yakni 6 persen.

Memang angka-angka hasil survei tidak menjadi pertimbangan utama dalam memutuskan reposisi politik PKS. Paling tidak, hasil survei bisa dijadikan sebagai salah satu parameter dalam penentuan kebijakan strategis yang akan ditempuh partai.

PKS harus mencermati hasil-hasil survei pascadeklarasi Anies-Cak Imin, apakah naiknya pasangan tersebut memberikan dampak elektoral kepada PKS atau sebaliknya.

Untuk melakukan reposisi politik, PKS seperti mengalami dilema: apakah tetap bertahan di koalisi pendukung Anies ataukah keluar bergabung dengan koalisi penyokong Prabowo?

Apakah merapatkan barisan ke pendukung Ganjar atau bahkan membentuk koalisi baru?

Skenario exit plan bagi PKS

Tujuan dari bergabungnya partai dalam koalisi adalah memaksimalkan potensi kemenangan dalam Pilpres. Tidak mungkin partai bergabung di koalisi hanya mencari kekalahan.

Menjadi partai di luar kekuasaan rezim yang berkuasa adalah perjuangan “berat”. Bahkan dikenal sebutan “puasa” ketika partai hanya menjadi oposisi di suatu rezim yang kuat mencengkeram parlemen.

Menjadi oposisi selama satu dekade pemerintahan Jokowi harusnya menjadi dasar pijakan bagi PKS untuk melakukan reposisi saat ini. Bertahan di Koalisi Perubahan dengan peran yang termarginalkan atau mencoba langkah politik baru.

Harus diakui, usai deklarasi Anies – Cak Imin, terasa betul peran PKS begitu dinihilkan dari hari ke hari.

Persoalan lebih mendasar lagi, andai PKS tetap bertahan mengusung Anies – Cak Imin, maka di lapangan akan terjadi “korslet” di antara basis massa PKS dengan PKB. Spektrum pendukung ke dua partai sangat bertolak belakang.

Wacana menduetkan Sandiaga Uno dengan Agus Harimurti Yudhoyono memang tengah dilakukan sebagian pihak sebagai antisipasi jika nama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut tidak jadi disandingkan dengan Ganjar Pranowo.

Seperti yang disampaikan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono beberapa hari lalu, ada menteri di kabinet Jokowi yang membuka kontak untuk kemungkinan terjadinya koalisi antara Demokrat, PKS dan PPP.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Nasional
Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Nasional
Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Nasional
Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Nasional
Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Nasional
Nasib Pilkada

Nasib Pilkada

Nasional
Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com