Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hendro Muhaimin
Koordinator Pendidikan dan Pelatihan Pusat Studi Pancasila UGM

Bertugas sebagai Koordinator Pendidikan dan Pelatihan Pusat Studi Pancasila UGM dan Direktur Eksekutif Sinergi Bangsa

Pancasila dan Warisan Berpikir Merdeka

Kompas.com - 05/09/2023, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Terakhir, melalui tahapan pengesahan dimulai pada 18 Agustus 1945, dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang melahirkan rumusan final, yang mengikat secara konstitusional dalam kehidupan bernegara.

Jelas terlihat, tahapan-tahapan tersebut merupakan titik kulminasi pikiran-pikiran yang luar biasa.

Artinya, melalui kemerdekaan berpikir telah mampu melahirkan imajinasi berbangsa yang turut menghantarkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Sebagai refleksi, dasar imajinasi yang dibangun kuat oleh para pendiri bangsa tengah mengalami tantangan yang cukup berat. Ini ditunjukan oleh survei Litbang Kompas pada 22-23 Mei 2023, terkait dengan ancaman-ancaman terhadap Pancasila.

Sebanyak 32,9 persen masyarakat menilai bahwa ancaman itu datang dari pengaruh budaya luar, 23,6 persen disebabkan oleh berkurangnya nilai-nilai pendidikan Pancasila di sekolah dan perguruan tinggi, dan 17,4 persen dipengaruhi berkembangnya paham-paham yang menyimpang.

Artinya, tanggung jawab kita dalam memperkuat strategi pembinaan nilai-nilai Pancasila mengalami stagnasi.

Dari mana datangnya, apakah dari “mutasi berpikir” tentang kebangsaan yang menyimpang hingga memberikan celah cukup besar atas longgarnya ikatan-ikatan kita sebagai negara bangsa.

Ini semua bermula dari mandeknya keberanian berpikir merdeka dan diperkuat narasi politis ecek-ecek yang tidak bertanggung jawab yang menjauhkan tujuannya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Warisan inklusif

Kebangsaan Indonesia merefleksikan suatu kesatuan yang inklusif dan berorientasi jangka panjang dengan tujuan mengembalikan ekosistem berpikir merdeka bagi warga negara.

Dalam ungkapan Clifford Geertz (1963), Indonesia ibarat anggur tua dalam botol baru, alias gugusan masyarakat lama dalam negara baru.

Nama Indonesia sebagai proyek ‘nasionalisme politik’ (political nationalism) memang baru diperkenalkan sekitar 1900-an.

Akan tetapi, ia tidaklah muncul dari ruang hampa, melainkan telah ribuan, bahkan jutaan tahun lamanya berakar pada Tanah Air beserta elemen-elemen sosial-budaya yang ada di Nusantara.

Pernyataan tersebut turut didukung oleh Hugo Grotius (1625), melalui bukunya The Law of War and Peace, bahwa untuk mempertahankan negara-bangsa dibutuhkan legitimasi yang berkelanjutan dari ide-ide kemerdekaan berpikir dari warga negara.

Ini berarti bahwa baik gagasan kolektif maupun individu harus bisa berubah dan beradaptasi dengan keadaan baru, seperti perkembangan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, kondisi ekonomi, ide-ide baru, dan perubahan kewilayahan.

Ancaman terbesar yang akan menguji kemerdekaan berpikir kita adalah tebalnya dinding-dinding eksklusivisme atas nama identitas (identity labeling).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

Nasional
Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Nasional
Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan 'Autogate' Imigrasi Mulai Beroperasi

Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan "Autogate" Imigrasi Mulai Beroperasi

Nasional
Satgas Judi 'Online' Akan Pantau Pemain yang 'Top Up' di Minimarket

Satgas Judi "Online" Akan Pantau Pemain yang "Top Up" di Minimarket

Nasional
Maju Pilkada Jakarta, Anies Disarankan Jaga Koalisi Perubahan

Maju Pilkada Jakarta, Anies Disarankan Jaga Koalisi Perubahan

Nasional
Bareskrim Periksa Pihak OJK, Usut soal Akta RUPSLB BSB Palsu

Bareskrim Periksa Pihak OJK, Usut soal Akta RUPSLB BSB Palsu

Nasional
Kemenkominfo Sebut Layanan Keimigrasian Mulai Kembali Beroperasi Seiring Pemulihan Sistem PDN

Kemenkominfo Sebut Layanan Keimigrasian Mulai Kembali Beroperasi Seiring Pemulihan Sistem PDN

Nasional
Indonesia Sambut Baik Keputusan Armenia Akui Palestina sebagai Negara

Indonesia Sambut Baik Keputusan Armenia Akui Palestina sebagai Negara

Nasional
Tanggapi Survei Litbang 'Kompas', Ketum Golkar Yakin Prabowo Mampu Bawa Indonesia Jadi Lebih Baik

Tanggapi Survei Litbang "Kompas", Ketum Golkar Yakin Prabowo Mampu Bawa Indonesia Jadi Lebih Baik

Nasional
Dispenad Bantah Mobil Berpelat Dinas TNI AD di Markas Sindikat Uang Palsu Milik Kodam Jaya

Dispenad Bantah Mobil Berpelat Dinas TNI AD di Markas Sindikat Uang Palsu Milik Kodam Jaya

Nasional
Berikan Dampak Perekonomian, Pertamina Pastikan Hadir di MotoGp Grand Prix of Indonesia 2024

Berikan Dampak Perekonomian, Pertamina Pastikan Hadir di MotoGp Grand Prix of Indonesia 2024

Nasional
Sejumlah Elite Partai Golkar Hadiri Ulang Tahun Theo Sambuaga

Sejumlah Elite Partai Golkar Hadiri Ulang Tahun Theo Sambuaga

Nasional
Soal Pengalihan Kuota Tambahan Haji Reguler ke Haji Khusus, Timwas DPR RI: Kemenag Perlu Mengkaji Ulang

Soal Pengalihan Kuota Tambahan Haji Reguler ke Haji Khusus, Timwas DPR RI: Kemenag Perlu Mengkaji Ulang

Nasional
Rapat dengan Kemenag, Timwas Haji DPR Soroti Masalah Haji 'Ilegal'

Rapat dengan Kemenag, Timwas Haji DPR Soroti Masalah Haji "Ilegal"

Nasional
Merespons Survei Litbang 'Kompas', Cak Imin Minta DPR Tak Berpuas Diri

Merespons Survei Litbang "Kompas", Cak Imin Minta DPR Tak Berpuas Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com