Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Neni Nur Hayati
Direktur Eksekutif Democracy and Electoral Empowerment Partnership

Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia. Anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Anak Muda dan Demokrasi Beradab

Kompas.com - 01/09/2023, 14:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sebab, mereka tidak suka politik, memilih untuk tidak memilih dan bingung hendak memilih siapa. Suka dengan caleg dan kandidat capres-cawapres, tetapi tidak suka dengan partainya ataupun sebaliknya.

Senada dengan hasil survei Kompas bahwa sebanyak empat dari 10 responden muda mengaku jarang turut serta dalam diskusi atau perdebatan politik di media sosial.

Dalam proporsi serupa, mereka bahkan tidak pernah mengikuti sama sekali. Hanya 21,7 persen yang mengaku terlibat dalam diskusi daring dengan intensitas tinggi dan sedang.

Wajar ketika sebagian besar anak muda lebih tertarik menikmati konten-konten hiburan dibandingkan informasi maupun pemberitaan politik.

Studi yang dilakukan Sugihartati (2018) di Surabaya dan Malang menemukan anak-anak muda yang disebut sebagai generasi milenial, alih-alih berkomitmen dan terlibat aktif dalam gerakan pemberdayaan masyarakat marjinal dan reformasi politik, justru lebih sering menjadi bagian dari leisure class yang menampilkan gaya hidup santai, hedonistik, acuh tak acuh.

Karakter anak muda yang mudah terbawa pada kesenangan sesaat dan sangat narsistik. Rhenald Kasali mencontohkan bagaimana tragedi di Taiwan dan Kanjuruhan.

Hal ini kemudian diperparah dengan keributan-keributan yang semestinya tidak perlu terjadi sehingga pilihannya terombang-ambing.

Kehebohan yang terekam anak muda di media sosial, semisal, terkait dengan benturan politik dan agama, di mana penggunaan isu politik identitas kembali bermunculan.

Kata toleransi, keberagaman, pluralisme malah dipolitisasi. Padahal, diksi tersebut bukan hanya sekadar diwacanakan, apalagi dikomodifikasi untuk kepentingan politik, tetapi yang jauh lebih substansi harus dipahami sebagai suatu ikatan dan pertalian sejati seperti disimbolkan dalam Bhinneka Tunggal Ika sehingga menjadi nilai kemanusiaan yang universal (Maarif, 2019).

Membangun keadaban publik

Prof Rhenald juga menyoroti bahwa salah satu tantangan terbesar pemilu 2024 untuk anak muda adalah demokrasi di era post truth.

Sangat ironi ketika di era ini melahirkan banyak paradoks, matinya kepakaran, begitu bebas menyuarakan hoax, misinformasi, disinformasi, termasuk juga hal yang menghambat sisi mendasar alam demokrasi. Berbeda pilihan dianggap permusuhan.

Iklim sosial-politik membiarkan emosi atau hasrat memihak ke keyakinan untuk mengalahkan obyektivitas dan rasionalitas, meskipun sebetulnya fakta menunjukkan hal yang berbeda (Llorente dalam Haryatmoko, 2022).

Realitas dan fakta tidak lebih penting dari opini. Bukan hal yang aneh ketika ada anggota Dewan di parlemen atau kandidat yang tidak terlihat kinerjanya tetapi tinggi dalam hasil survei.

Apa yang akan terjadi pada 2024, bisa jadi isu hoax lebih marak dibandingkan dengan pemilu 2019, apabila tidak dilakukan antisipasi sejak dini.

Terlebih, intuisi dan emosi lebih banyak berperan dalam menerima dan membentuk opini publik ketimbang mengecek kebenaran dan mendorong untuk berpikir kritis.

Dalam bukunya, Media, Politics and Network Society yang ditulis, Robert Hassan (2004) mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta globalisasi kapitalisme telah menyebabkan kelompok masyarakat madani menjadi terhegemoni. Sebab, mereka menjadi target pasar bagi kekuatan industri (Baudrillard, 2006).

Keterlibatan anak muda di media sosial perlu secara masif untuk bisa merebut serta menaklukan narasi publik, melawan ketidakadilan, ketidaksetaraan, diskriminasi, penyalahgunaan kekuasaan, adu domba, bias jender, perundungan, dan politik yang memecah belah.

Pesan yang selalu diingatkan oleh praktisi bisnis terkemuka Indonesia ini kepada anak muda “Bangun komunikasi publik yang beradab karena ruang publik itu adalah ruang kita bersama. Kedepankan etika dan moralitas untuk menciptakan pemilu berintegritas!”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

Nasional
Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Nasional
Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Nasional
Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Nasional
Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Nasional
Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Nasional
Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Nasional
KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

Nasional
Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Nasional
Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Nasional
Kapolri Beri Penghargaan ke 11 Personel di Pegunungan Bintang, Papua

Kapolri Beri Penghargaan ke 11 Personel di Pegunungan Bintang, Papua

Nasional
Pegawai Kementan Bikin Perjalanan Dinas Fiktif demi Penuhi Kebutuhan SYL

Pegawai Kementan Bikin Perjalanan Dinas Fiktif demi Penuhi Kebutuhan SYL

Nasional
Sidang SYL, Saksi Ungkap Permintaan Uang Rp 360 Juta untuk Sapi Kurban

Sidang SYL, Saksi Ungkap Permintaan Uang Rp 360 Juta untuk Sapi Kurban

Nasional
Hadiri Perayaan Ultah Hendropriyono, Prabowo Dihadiahi Patung Diponegoro

Hadiri Perayaan Ultah Hendropriyono, Prabowo Dihadiahi Patung Diponegoro

Nasional
Menag Minta Jemaah Jaga Kesehatan, Suhu Bisa Capai 50 Derajat Celsius pada Puncak Haji

Menag Minta Jemaah Jaga Kesehatan, Suhu Bisa Capai 50 Derajat Celsius pada Puncak Haji

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com