Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Said Abdullah Dukung Ajakan BI agar Negara ASEAN Gunakan Mata Uang Lokal

Kompas.com - 28/08/2023, 16:08 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ketua Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Said Abdullah mengatakan, pihaknya mendukung gerakan Bank Indonesia (BI) yang mengajak bank sentral milik negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) untuk memanfaatkan mata uang lokal masing-masing.

“Ajakan BI kepada bank sentral di ASEAN patut kita dukung. Banggar sebenarnya sudah lama mendorong BI untuk menggunakan berbagai skema pembayaran mata uang,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (28/8/2023).

Untuk diketahui, ajakan BI tersebut merupakan misi khusus yang dibawa dalam Keketuaan Indonesia di ASEAN pada 2023. Apabila kebijakan pemanfaatan mata uang itu diterapkan, negara-negara ASEAN dalam melakukan transaksi tak lagi harus mengkonversikan lagi ke dollar AS.

Said mengungkapkan bahwa mayoritas mitra dagang Indonesia adalah negara-negara di ASEAN. Selain ASEAN, kata dia, ada Tiongkok, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan (Korsel).

Baca juga: Jambore Pramuka Dunia di Korsel Sisakan Sederet Kasus Dugaan Pelecehan Seksual dan Korupsi

“Karena mitra dagang terbesar kita ASEAN, maka sangat masuk akal jika BI menggunakan banyak mekanisme pembayaran,” imbuh Said yang juga menjabat Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Bidang Perekonomian.

“Bagi kami, dalam kawasan ASEAN, ada baiknya BI tidak hanya menggunakan pembayaran USD saja, tetapi juga mata uang mitra dagang kita sebagai pembayaran regional di kawasan ASEAN,” jelasnya.

Oleh karenanya, kata Said, BI perlu mengkaji lebih dalam jika ASEAN menggunakan mata uang bersama seperti Euro yang digunakan oleh negara-negara anggota Uni Eropa.

“Sebab selama ini kita menggunakan dollar AS lebih banyak terdepresiasi. Selama setahun lalu saja rupiah cenderung terkoreksi hingga minus 9,3 persen,” ucapnya.

Said menilai, penggunaandollar Amerika Serikat (AS) dalam pembayaran internasional sangat merugikan secara ekonomi dan keuangan.

Baca juga: Kubu Lukas Enembe Hadirkan Ahli Hukum Tata Negara dan Ahli Keuangan Negara

Pasalnya, Indonesia dalam sejarah panjang telah menggunakan dollar AS sehingga membuat rupiah cenderung konsisten terdepresiasi.

“Padahal dalam beberapa tahun ini neraca perdagangan kita dengan AS selalu surplus, harusnya rupiah menguat terhadap dollar AS,” ucap Said.

Namun, lanjut dia, hal itu tidak terjadi lantaran banyak faktor lain yang dominan, seperti kebijakan moneter Federal Reserve yang terus mempertahankan kebijakan hawkish, sehingga menyeret sejumlah mata uang global tertekan terhadap dollar AS.

Untuk diketahui, Federal Reserve adalah bank sentral AS yang memiliki pengaruh besar terhadap acuan perekonomian global. Sementara itu, hawkish bisa diartikan sebagai kebijakan yang cenderung lebih agresif dan lebih mengutamakan stabilitas harga.

Baca juga: Anies Baswedan Kunjungi Pasar di Situbondo, Bicara Kebersihan dan Stabilitas Harga

“Hemat saya, sebelum ada perubahan sistem moneter global, pilihan paling logis menghindarkan rupiah terus terdepresiasi adalah menggunakan local currency settlement (LCS) dengan banyak mata uang. Kita gunakan dollar AS saat melakukan perdagangan dengan AS,” jelas Said.

Perlu diketahui, LCS adalah penyelesaian transaksi bilateral yang dilakukan oleh dua negara berbeda dengan menggunakan mata uang lokal yang berlaku di masing-masing negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Nasional
Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Nasional
Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Nasional
Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Nasional
Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Nasional
Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Nasional
Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Nasional
Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Nasional
PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

Nasional
Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Nasional
Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Nasional
Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Nasional
Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Nasional
Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Nasional
Momen Jokowi 'Nge-Vlog' Pakai Baju Adat Jelang Upacara di Riau

Momen Jokowi "Nge-Vlog" Pakai Baju Adat Jelang Upacara di Riau

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com