Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Ungkap Kasus ISPA di Jakarta Naik Jadi 200.000 akibat Polusi Udara

Kompas.com - 24/08/2023, 20:14 WIB
Fika Nurul Ulya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penyakit pernapasan (resporatory deseases) atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Jakarta naik mencapai 200.000 kasus.

Jumlah ini meningkat empat kali lipat dibandingkan saat pandemi Covid-19.

Menurutnya, saat masa pandemi, penyakit ISPA hanya mencapai sekitar 50.000 kasus.

Budi Gunadi lantas tidak memungkiri bahwa peningkatan itu merupakan sebab dari memburuknya polusi udara di kota besar, seperti DKI Jakarta.

"Di Jakarta kita lihat, sebelum pandemi covid-19 sekitar 50.000-an orang yang kena, sekarang sudah naik hingga 200.000 kasus. Itu ada akibatnya dari polisi udara," kata Budi Gunadi di Hotel Mulia, Jakarta Pusat, Kamis (24/8/2023).

Baca juga: Komnas HAM Sebut WFH Tak Menjawab Persoalan Polusi Udara di Jakarta

Ia mengungkapkan, tingginya kasus penyakit pernapasan tersebut berpotensi membuat klaim BPJS Kesehatan membengkak.

Sebab diketahui, setidaknya terdapat lima penyakit pernapasan yang ditanggung BPJS, meliputi kanker paru, TBC (tuberkolosis), penyakit paru obstruktif kronis, asma, dan pneumonia.

"Karena lima penyakit pernapasan atau resporatory deseases tadi, tahun lalu total klaim di BPJS Kesehatan tinggi. Jadi pasti karena tahun ini lebih banyak maka akan naik," ujar Budi Gunadi.

Lebih lanjut, Budi mengimbau "pencipta" polusi udara di sektor hulu segera menurunkan emisi, meliputi sektor energi, transportasi, dan lainnya.

Sebab, menurutnya, berdasarkan pengalaman negara lain, polusi udara di berbagai negara bisa dikendalikan.

Baca juga: RSUP Persahabatan: Ada Peningkatan Kunjungan 20-30 Persen karena ISPA dan Pneumonia Tahun Ini

Sementara itu, Budi mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) lebih banyak berperan di sektor hilir yang menangani akibat berupa penyakit dari polusi udara tersebut.

"Yang paling baik dan paling cepat saya lihat ada di China ketika ada Beijing Olimpiade. Pemerintahnya melakukan beberapa langkah drastis untuk melakukan agar langitnya biru, dan itu terbukti turun cepat," kata Budi Gunadi.

Sebagai informasi, polusi udara di Jakarta masuk dalam kategori tidak sehat. Demikian pula di kota lainnya, seperti Tangerang Selatan, Mempawah di Kalimantan Barat, Serang Banten, dan Banjar Baru di Kalimantan Selatan.

Kondisi ini dapat menimbulkan dampak kesehatan pada masyarakat.

Baca juga: ISPA Ditanggung BPJS Kesehatan, Simak Alur Mendapatkan Perawatannya

Badan Kesehatan Dunia atau WHO mencatat saat ini, 90 persen penduduk dunia menghirup udara dengan kualitas udara yang kumuh.

Menurut WHO, setiap tahun ada tujuh juta kematian, dan dua juta di antaranya di Asia Tenggara berhubungan dengan polusi udara di luar dan dalam ruangan.

Polusi udara berkaitan erat dengan penyakit paru dan pernapasan, serta infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, asma, bronkitis, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, serta penyakit jantung dan stroke.

Menurut data WHO, polusi udara di seluruh dunia berkontribusi 25 persen pada seluruh penyakit dan kematian akibat kanker paru; 17 persen seluruh penyakit dan kematian akibat ISPA; 16 persen seluruh kematian akibat stroke; 15 persen seluruh kematian akibat penyakit jantung sistemik; dan delapan persen seluruh penyakit dan kematian PPOK.

Baca juga: Komisi IX Akan Usul Bentuk Pansus ke Pimpinan DPR untuk Atasi Polusi Udara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com