Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Udara Jakarta Memburuk, Dokter Paru Minta Warga Pakai Masker dengan Benar

Kompas.com - 18/08/2023, 19:58 WIB
Fika Nurul Ulya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) meminta masyarakat menggunakan masker untuk mengurangi masuknya partikel debu maupun partikel lain dari buruknya polusi udara di kota besar.

Hal ini menindaklanjuti tingkat polusi udara di kota besar, termasuk DKI Jakarta, yang berada pada fase tidak sehat. Anak-anak serta orang dewasa pun tidak sedikit yang jatuh sakit, salah satunya dipengaruhi oleh buruknya udara yang dihirup sehari-hari.

"Disarankan memakai masker atau respirator dengan kemampuan menyaring partikel yang maksimal, misalnya masker N95, KN95, dan sebagainya. Bila tidak tersedia, dapat menggunakan masker bedah," kata Pengurus Pusat PDPI, Nuryunita Nainggolan dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat (18/8/2023).

Baca juga: Mengapa Anak Mudah Terpapar Polusi Udara?

Ia menyampaikan, masker tersebut harus digunakan secara benar, yaitu menutupi hidup dan mulut secara penuh.

"Penggunaan masker yang tidak benar mengurangi efektivitas proteksi mem-filtrasi atau menyaring partikel," ucap dia.

Lebih lanjut, ia meminta masyarakat ikut berperan aktif mengurangi sumber polusi udara, seperti beralih dari kendaraan pribadi ke moda transportasi massal, tidak membakar sampah sembarangan, hemat listrik, dan sebagainya.

Kemudian, memantau kualitas udara secara real time untuk bisa mengambil keputusan beraktivitas di luar rumah. Kualitas udara secara real time, dapat diakses di internet dan melalui aplikasi kualitas udara di Playstore.

Baca juga: Polusi Udara Semakin Buruk, Anggota Komisi IV DPR Minta Penanganannya Disesuaikan dengan Kondisi Daerah

Jika tidak terlalu penting, masyarakat juga dapat mengurangi aktivitas di luar ruangan pada saat kualitas udara tidak sehat. Hindari pula aktivitas fisik berat termasuk olahraga apabila berada di luar ruangan pada saat kualitas udara tidak sehat.

"Apabila beraktivitas di luar ruangan, hindari kawasan atau area dengan kualitas udara yang tidak sehat dan berbahaya. Apabila berkendara dengan mobil, tutup semua jendela," jelasnya.

Tak hanya itu, ia meminta masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat, makan bergizi, cuci tangan dengan sabun, dan lain-lain. Jika terserang penyakit, kenali gejala atau keluhan yang timbul sebagai dampak polusi udara.

"Pada orang dengan penyakit sebelumnya, jantung, asma, dan penyakit paru, kenali tanda-tanda adanya serangan. Deteksi dini dan pengobatan awal dapat segera dilakukan setelah ke dokter atau pelayanan kesehatan terdekat," jelasnya.

Baca juga: Ridwan Kamil: Dari Kajian, PLTU Sumbang 25 Persen Polusi Udara

Sedangkan untuk pemerintah, PDPI meminta agar segara membuat peraturan perundang-undangan tentang pengendalian polusi udara.

PDPI juga mendesak pemerintah untuk mengatur uji emisi kendaraan bermotor, mempercepat peraturan menyangkut penggunaan bahan bakar kendaraan sesuai standar EURO 4, dan membuat aturan untuk mengurangi emisi polusi udara dari industri.

Sebagai informasi, polusi udara di Jakarta masuk dalam kategori tidak sehat. Demikian pula di kota lainnya seperti Tangerang Selatan, Mempawah di Kalimantan Barat, Serang Banten, dan Banjar Baru di Kalimantan Selatan.

Kondisi ini dapat menimbulkan dampak kesehatan pada masyarakat. WHO mencatat saat ini, 90 persen penduduk dunia menghirup udara dengan kualitas udara yang kumuh.

Menurut WHO, setiap tahun ada 7 juta kematian, dan 2 juta di antaranya di Asia Tenggara berhubungan dengan polusi udara di luar dan dalam ruangan.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Memburuk, PDPI Desak Pemerintah Buat Aturan Pengendalian Polusi

Polusi udara berkaitan erat dengan penyakit paru dan pernapasan, serta infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, asma, bronkitis, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, serta penyakit jantung dan stroke.

Menurut data WHO pula, polusi udara di seluruh dunia berkontribusi 25 persen pada seluruh penyakit dan kematian akibat kanker paru, 17 persen seluruh penyakit dan kematian akibat ISPA, 16 persen seluruh kematian akibat stroke, 15 persen seluruh kematian akibat penyakit jantung sistemik, dan 8 persen seluruh penyakit dan kematian PPOK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Nasional
Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Nasional
Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur Demi Jaga Marwah

Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur Demi Jaga Marwah

Nasional
Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Nasional
Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com