JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengeklaim, tidak ada gangguan dari kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang menghambat pengiriman bantuan untuk daerah terdampak kekeringan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Yudo menyatakan, proses distribusi hanya terhambat karena masalah cuaca.
"Saya pastikan untuk kendala dari KST (kelompok sipil teroris) atau KKB enggak ada. Jadi memang saat ini kendalanya hanya cuaca saja untuk menuju ke sana," kata Yudo selepas rapat di Kediaman Resmi Wakil Presiden, Jalan Diponegoro, Jakarta, Kamis (2/8/2023).
Baca juga: Kekeringan di Papua, Wapres Sebut Warga Meninggal Bukan karena Kelaparan
Yudo pun menyebutkan bahwa faktanya, pemerintah berhasil mendistribusikan bantuan kepada warga yang terdampak kekeringan.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut ini menuturkan, ada 10 ton bantuan dari Kementerian Sosial, dan 8 ton bantuan dari TNI yang sudah terdistribusi.
"Memang distribusinya tidak bisa langsung penuh ke sana karena tdak ada jalan darat, jalan satu-satunya hanya melalui angkutan udara, dan angkutan udara selalu harus menunggu cuaca. Begitu cuaca bagus langsung terbang ke sana, nge-drop, balik lagi," ujar Yudo.
Ia pun mengaku sudah menyiapkan pasukan yang akan menjaga proses distribusi bantuan dari kemungkinan serangan KKB.
"Sekitar 50 orang kita siapkan di sana untuk menjaga di bandara maupun jalan menuju ke Distrik Adagume maupun Lambewe, yang terdampak kan dua distrik itu," kata dia.
Baca juga: Mentan: 6 Warga Papua Meninggal Bukan karena Kelaparan, melainkan Muntaber
Diberitakan sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyebutkan, distribusi bantuan kepada warga terdampak tidak mudah karena masih ada gangguan dari KKB.
"Jadi untuk mendistribusikan logistik itu hanya ada dua jalan yaitu lewat pesawat udara dan lewat sepeda motor dan jaraknya itu berjam-jam lewat sepeda motor itu. Nah kadang-kadang pada saat pendistribusian logistik lewat udara ini diganggu oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) sehingga itu juga yang menghambat," kata Suharyanto di Yogyakarta, Selasa (1/8/2023).
Enam orang warga meninggal dunia akibat bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Dari enam orang tersebut, satu orang di antaranya adalah anak-anak.
Mereka meninggal setelah mengalani lemas, diare, panas dalam, dan sakit kepala.
Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Sosial, ada 7.500 jiwa yang terdampak kekeringan. Imbasnya, mereka mengalami kelaparan lantaran gagal panen.
Baca juga: Wapres Akan Kumpulkan Menko Polhukam dan Panglima TNI, Bahas soal Kelaparan di Papua
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Perlindungan Korban Bencana Alam Kementerian Sosial (Kemensos) Adrianus Alla mengatakan, kekeringan ini merupakan dampak el nino sejak awal Juni 2023.
"Fenomena hujan es yang terjadi pada awal Juni menyebabkan tanaman warga, yaitu umbi yang merupakan makanan pokok menjadi layu dan busuk. Setelah itu, tidak turun hujan sehingga tanaman warga mengalami kekeringan," kata Adrianus, dilansir dari Antara.