JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi memastikan stok pangan dari komoditas strategis aman hingga akhir tahun 2023, selama kekeringan akibat musim kemarau yang puncaknya diprediksi Agustus - September 2023.
Adapun musim kemarau kering dipengaruhi oleh dua fenomena yang saling menguatkan, yaitu El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Hal ini menyebabkan kemarau tahun 2023 lebih kering dibandingkan tahun 2020-2022.
"Stok pangan, tadi saya sampaikan bahwa sampai akhir 2023 nanti, stok komoditas strategis kita aman," kata Arief dalam diskusi secara daring di Jakarta, Senin (31/7/2023).
Baca juga: BMKG Ingatkan Dampak Kemarau Kering Tahun Ini, Minum Sumber Air Bersih hingga Karhutla
Ia menyampaikan, mitigasi musim kemarau sudah dimulai sejak tahun lalu. Untuk stok beras misalnya, pihaknya sudah menugaskan Perum Bulog untuk menyerap 2,4 juta ton beras petani sebagai cadangan nasional.
Jumlah serapan ini meningkat dibandingkan dengan 990.000 ton pada tahun lalu. Sumbernya diutamakan dari dalam negeri sehingga harga beras di tingkat petani tidak terjun bebas.
Cadangan pangan pun terus ditingkatkan dari semula 200.000 - 300.000 ton menjadi 800.000 ton. Presiden Joko Widodo memerintahkan cadangan pangan ini kembali meningkat menjadi 1 juta ton sebulan ke depan.
Baca juga: BMKG Ingatkan Potensi Kemarau Tahun Ini, Lebih Kering dari 3 Tahun Belakangan
"Mitigasi kita sudah dimulai dari tahun lalu. Dan awal 2023, salah satu yang presiden konsen selain keuangan, energi, juga pangan sehingga seminggu sekali kita harus update situasi terakhir," ucap dia.
Tak cuma beras, pihaknya berusaha memperpanjang umur simpan daging ayam, daging ruminansia, sapi, hingga daging kerbau dengan memanfaatkan lemari pendingin (cold storage).
"Kebutuhan kita usahakan 700.000 ton ter-secure dengan baik. Ada produk yang kita harus kerja keras itu holtikultura, seperti cabai. Semua harus fresh (segar)," tutur dia.
Di sisi lain untuk mencegah kekurangan bahan pangan di masyarakat, pemerintah memberikan bantuan pangan berupa beras untuk 21,35 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Baca juga: Antisipasi Musim Kemarau, Bupati HST Tetapkan Status Siaga dan Posko Penanganan Darurat Karhutla
Bantuan pangan ini rencananya akan terus berlanjut di bulan Oktober hingga Desember 2023.
"Jadi nanti ada alokasi untuk 21,35 juta KPM lagi kali 10 kilogram, jadi itu 600.000 ton. Jadi masyarakat ini tentunya dapat bantuan 600.000 ton kali dua, jadi 1,2 juta ton plus SPHP 1,2 juta ton," jelas dia.
Sebagai informasi, BMKG memprediksi terjadi kemarau kering yang puncaknya pada Agustus - September 2023. Kemarau ini lebih kering dibanding 3 tahun belakangan sejak tahun 2020.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG, indeks El Nino pada bulan Juli mencapai 1,01 dengan level moderate, sementara IOD sudah memasuki level index yang positif.
Sebelumnya, pada bulan Juni hingga dasarian 1 bulan Juli, El Nino masih dalam level lemah sehingga dampaknya belum dirasakan.
Baca juga: Keruk Waduk Melati saat Musim Kemarau, Sudin SDA: Agar Lebih Maksimal
Namun setelah itu dalam waktu yang bersamaan, El Nino dan IOD positif yang sifatnya global dan skala waktu kejadiannya panjang dalam hitungan beberapa bulan terjadi dalam waktu yang bersamaan.
Ada beberapa potensi yang muncul dari fenomena ini, meliputi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), minim sumber air sehingga berpotensi gagal panen, dan kekeringan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.