Di kubu Koalisi Perubahan Untuk Persatuan (KPP) terjadi eskalasi pergerakan internal yang saling mendesak. Keputusan untuk merapatkan barisan dan menentukan pilihan harus disegerakan agar bisa beranjak pada langkah politik berikutnya.
Dinamika elektabilitas juga diramaikan dengan banyaknya survei yang saling dukung dan saling menjatuhkan, tergantung seberapa besar penyelenggara survei berafiliasi dengan tokoh yang didukungnya.
Lembaga survei terus berproses mewartakan perkembangan dinamis elektabilitas Calon Presiden (Capres) yang mulai dimunculkan berbagai media.
Hasil survei di linimasa berbagai media bergerak fluktuatif. Saling susul antarkandidat Capres maupun Cawapres. Riuh mewarnai dinamika politik nasional untuk nantinya berebut menduduki "Kursi Istana Negara".
Di posisi atas Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan terus memuncaki persaingan dan tengah menunggu kepastian mencari pendamping cawapresnya.
Setiap “tes ombak” dari salah satu koalisi selalu menimbulkan gelombang baru yang luar biasa bagi yang lainnya.
Masa king maker membuat sinyal-sinyal kelihatannya akan mulai berakhir, dukung mendukung akan semakin jelas, sekalipun bisa menimbulkan gesekan.
Patut dicermati elektabilitas Prabowo Subianto yang menanjak juga "dikait-kaitkan dengan dukungan Jokowi" oleh beberapa kalangan.
Ini bisa bertendensi buruk bagi hubungan Jokowi dan partai pendukungnya, PDIP, yang saat ini masih berseberangan dengan Prabowo.
Sepuluh nama cawapres yang diumumkan oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani langsung menimbulkan gejolak di kubu koalisi lain. Apalagi PDIP memainkan jurus merangkum semua calon nama potensial siapapun itu yang bisa dijadikan cawapres pasangan Ganjar.
Termasuk yang sudah masuk dalam bilangan koalisi lain. Begitulah politik saat ini, semakin panas dan bergairah seiring makin dekatnya Pilpres.
Bagi Ganjar terlepas dari apapun konsekuensinya yang akan ditanggungnya, keteguhan prinsip "Petugas Partai" di internal PDI-P seakan berwujud "Keranda Demokrasi" bagi siapapun yang masuk dalam barisan PDIP dalam kontestasi di Pilpres 2024, baik sebagai Capres ataupun Cawapres .
Hal yang "mungkin" dihindari Prabowo Subianto, diterima Ganjar Pranowo, dan pernah dialami Joko Widodo.
Setidaknya masih ada waktu menentukan dan menempatkan posisi politik bagi para kandidat Capres dan Cawapres menuju Pilpres 2024.
Perhitungan untung rugi bagi kemenangan kontestasi Pilpres 2024 jelas menjadi pertimbangan utama.
Pertimbangan yang tidak mudah dan tentunya akan terus dinamis ke depannya. Termasuk apakah akan maju dengan kekuatan sendiri atau tetap akan menjadi “petugas partai”, “orang bayangan” dari kekuatan besar lain di belakangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.