Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fathurrohman

Analis Kejahatan Narkotika

Perang, Narkoba, dan Dampaknya yang Tidak Berujung

Kompas.com - 07/07/2023, 12:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Böll, yang notabene adalah seorang penulis, dengan berani mengirim surat kepada Hitler agar memberikan persediaan obat pervitin selama masa perang. Obat dengan kandungan sabu tersebut membuat Böll menjadi pecandu.

Beruntungnya, Böll yang menjadi tahanan tentara Amerika Serikat dapat mengaktualisasi dirinya dengan menjadi penulis dan aktivis properdamaian. Böll lepas dari bayang-bayang candu sabu.

Sementara ribuan tentara Nazi tidak dapat begitu saja lepas dari candu sabu walaupun perang telah berakhir.

Bahkan pemimpin Nazi, Adolf Hitler mati dengan nahas karena candu sabu dan obat-obatan opiod lainnya di bunker persembunyiannya. Sabu menjadi senjata makan tuan.

Jutaan pil sabu membuat Jerman digdaya karena pasukannya menjadi manusia super karena kuat perang siang-malam berhari-hari. Invasi pasukan Jerman ke Inggris, Perancis, atau lainnya adalah buah dari pasokan obat stimulan tersebut.

Pasukan Amerika Serikat dan Inggris mengalami persoalan sama, walaupun tidak senahas pasukan Nazi Jerman. Persoalan kecanduan pascaperang tidak berakhir.

Kesadaran yang terlambat

Kesadaran pemerintah Jerman, Amerika Serikat ataupun Inggris tampak terlambat untuk mengendalikan dan menekan penyalahgunaan obat jenis sintetik amfetamin tersebut.

Di saat kebutuhan masyarakat terhadap obat-obatan tersebut meningkat dan pasar juga telah terbentuk, peraturan pengetatan tidak menyelesaikan masalah. Penggunaan narkoba sabu dapat diperoleh di pasar gelap.

Bahkan, Amerika Serikat menjadi tujuan pasar gelap produksi Jepang. Perang Dunia II boleh saja dimenangkan sekutu yang dipimpin Amerika Serikat. Namun, produsen narkoba sabu Jepang masih melanjutkan ‘perang’ gelapnya melalui pasar gelap narkoba.

Perang dan narkoba tampak menjadi setali tiga uang. Hingga hari ini, obat-obatan menjadi alat perang di berbagai belahan dunia.

Ada yang menggunakan narkoba sebagai konsumsi pasukannya, ada pula yang menjadi alat menumpuk uang untuk modal perang.

Seperti dilansir oleh berbagai sumber dari BNN dan Polri, narkoba sabu yang ada di Indonesia secara umum berasal dari dua kawasan produsen narkoba, golden triangle, tepatnya Myanmar dan golden crescent, tepatnya Iran. Kedua kawasan tersebut masih dihadapkan pada situasi konflik lokal dan regionalnya.

Berbagai program untuk menghentikan penyalahgunaan obat semakin rumit karena pasar telah terbentuk, sementara dunia semakin tidak memiliki batas migrasi, apalagi batas komunikasi.

Dalam satu sesi forum diskusi yang diselenggarakan oleh UNODC tentang kejahatan di laut beberapa tahun lalu, saya turut menjadi salah satu narasumber di sesi expert panel yang khusus membicarakan tentang penyelundupan narkoba di laut.

Dari penjelasan panelis lain, saya melihat lorong masih tampak gelap untuk mengendalikan penyelundupan narkoba di laut Asia Pasifik, termasuk laut Indonesia yang jalur penyelundupannya membentang dari ujung barat sampai ke ujung timur, baik di sebelah utara ataupun selatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedangdut Nayunda Nabila Irit Bicara Usai Diperiksa Jadi Saksi TPPU SYL

Pedangdut Nayunda Nabila Irit Bicara Usai Diperiksa Jadi Saksi TPPU SYL

Nasional
KSP Ungkap 9 Nama Pansel Capim KPK Harus Sudah di Meja Setneg Akhir Mei, Juni Bekerja

KSP Ungkap 9 Nama Pansel Capim KPK Harus Sudah di Meja Setneg Akhir Mei, Juni Bekerja

Nasional
Uang Kuliah Mahal, Pengamat: Kebijakan Pemerintah Bikin Kampus Jadi Lahan Bisnis

Uang Kuliah Mahal, Pengamat: Kebijakan Pemerintah Bikin Kampus Jadi Lahan Bisnis

Nasional
Pansel Capim KPK Didominasi Unsur Pemerintah, KSP Beralasan Kejar Waktu

Pansel Capim KPK Didominasi Unsur Pemerintah, KSP Beralasan Kejar Waktu

Nasional
BNBP: Sumatera Barat Masih Berpotensi Diguyur Hujan Lebat hingga 20 Mei 2024

BNBP: Sumatera Barat Masih Berpotensi Diguyur Hujan Lebat hingga 20 Mei 2024

Nasional
Alexander Sarankan Capim KPK dari Polri dan Kejaksaan Sudah Pensiun

Alexander Sarankan Capim KPK dari Polri dan Kejaksaan Sudah Pensiun

Nasional
Draf RUU Penyiaran: Masa Jabatan Anggota KPI Bertambah, Dewan Kehormatan Bersifat Tetap

Draf RUU Penyiaran: Masa Jabatan Anggota KPI Bertambah, Dewan Kehormatan Bersifat Tetap

Nasional
Latihan TNI AL dengan Marinir AS Dibuka, Pangkoarmada I: Untuk Tingkatkan Perdamaian

Latihan TNI AL dengan Marinir AS Dibuka, Pangkoarmada I: Untuk Tingkatkan Perdamaian

Nasional
Siapkan Sekolah Partai untuk Calon Kepala Daerah, PDI-P Libatkan Ganjar, Ahok hingga Risma

Siapkan Sekolah Partai untuk Calon Kepala Daerah, PDI-P Libatkan Ganjar, Ahok hingga Risma

Nasional
Sektor Swasta dan Publik Berperan Besar Sukseskan World Water Forum Ke-10 di Bali

Sektor Swasta dan Publik Berperan Besar Sukseskan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
BNPB Minta Warga Sumbar Melapor Jika Anggota Keluarga Hilang 3 Hari Terakhir

BNPB Minta Warga Sumbar Melapor Jika Anggota Keluarga Hilang 3 Hari Terakhir

Nasional
Nurul Ghufron Akan Hadiri Sidang Etik di Dewas KPK Besok

Nurul Ghufron Akan Hadiri Sidang Etik di Dewas KPK Besok

Nasional
LHKPN Dinilai Tak Wajar, Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta Dicopot dari Jabatannya

LHKPN Dinilai Tak Wajar, Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta Dicopot dari Jabatannya

Nasional
Alexander Sebut Calon Pimpinan KPK Lebih Bagus Tidak Terafiliasi Pejabat Maupun Pengurus Parpol

Alexander Sebut Calon Pimpinan KPK Lebih Bagus Tidak Terafiliasi Pejabat Maupun Pengurus Parpol

Nasional
Polri Siapkan Skema Buka Tutup Jalan saat World Water Forum di Bali

Polri Siapkan Skema Buka Tutup Jalan saat World Water Forum di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com