Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Wajahnya Membengkak, Bung Karno Dibiarkan Meninggal Pelan-pelan, Sangat Tega..."

Kompas.com - 28/06/2023, 18:50 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan ajudan Presiden Soekarno, Sidarto Danusubroto mengenang momen-momen di mana dirinya menyaksikan Bung Karno dibiarkan meninggal secara perlahan oleh bangsanya sendiri.

Sidarto mengatakan, kondisi fisik Bung Karno memang sudah melemah sejak tahun 1964 karena sakit.

Hal tersebut Sidarto sampaikan dalam program Gaspol seperti disiarkan oleh akun YouTube Kompas.com, Selasa (27/6/2023).

Sidarto menjelaskan, cara bicara hingga kondisi fisik Bung Karno saat itu sudah sangat melemah.

Baca juga: Detik-detik Bung Karno Terusir dari Istana: Hanya Bawa Bendera, Tak Ada Uang Sepeser Pun

"Dari wajahnya, tapi tidak dikatakan. Tapi saya lihat dari (wajahnya) waktu itu kan kelainan ginjal kan sudah sejak tahun 64, jadi kondisi fisik yang mulai melemah itu saya saksikan, cara bicaranya," ujar Sidarto dalam program eksklusif Kompas.com ini.

Sidarto menyaksikan sendiri perubahan wajah Bung Karno ketika sakit. Sebab, wajah Bung Karno membengkak.

Namun, dia tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya, dia dilarang untuk mengobati Bung Karno.

"Wajahnya mulai membengkak waktu itu. Jadi saya... Ada tulisan... Resep tidak boleh diambil, obat tidak boleh diambil, enggak boleh diobati," tutur dia.

Baca juga: Bung Karno Hidup dari Penjara ke Penjara, Akhirnya Dipenjara Bangsanya Sendiri

Sidarto mengatakan Bung Karno memang sengaja dibiarkan meninggal pelan-pelan.

Dia mengakui memang ada dokter yang ditempatkan di tempat Bung Karno kala itu. Namun, dokter tersebut ternyata mata-mata.

Alhasil, semua pergerakan di tempat Bung Karno dikurung itu diawasi oleh pemerintah.

"Ya memang dibiarkan untuk meninggal pelan-pelan, sangat tega. Ada dokter Suroyo, tapi itu juga dokter yang mata-mata juga. Semua yang ditempatkan di situ memata-matai semua. Jadi saya ini, gerakan saya ke mana-mana itu diikuti," ucap Sidarto.

Bahkan, kata dia, makanan yang dikirim oleh anak-anak dan keluarga Bung Karno pun diperiksa dengan sangat ketat.

Baca juga: Bung Karno Hidup dari Penjara ke Penjara, Akhirnya Dipenjara Bangsanya Sendiri

Ada momen di mana Bung Karno mendapat makanan berupa sayur lodeh harus diperiksa karena dikhawatirkan ada pistol di dalamnya.

"Ya sepanjang hidupnya beliau dari penjara ke penjara kan. Pada akhirnya beliau dipenjara oleh bangsanya sendiri," kata dia.

Sementara itu, Sidarto turut mengungkapkan ada sekitar 30 personel Brimob yang merasa tidak tega dengan kondisi Bung Karno.

Baca juga: GASPOL! Hari Ini: Soekarno Dibunuh Pelan-pelan di Wisma Yaso

Mereka saat itu berkumpul di sebuah rumah kecil di kawasan Kebayoran Baru.

Namun, Bung Karno memberi pesan kepada Sidarto untuk disampaikan kepada para loyalisnya itu, bahwa dirinya sudah siap untuk pergi dari dunia ini.

"(Saya bilang) 'Bapak, ini ada putra-putra Bapak yang kumpul di rumah teman saya, enggak tega lihat Bapak keadaannya begini, mereka ingin meninggal sama-sama Bapak'. Saya apa adanya. Beliau, saya kaget, bilang, 'bilang mereka, saya siap pergi'," imbuh Sidarto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Nasional
Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Nasional
Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Nasional
ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com