JAKARTA, KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan, lebih dari 95 persen kasus rabies terjadi karena gigitan anjing pembawa virus (reservoir) rabies.
Sebanyak 40 persen kasus terjadi pada anak-anak.
Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI, Novie Homenta Rampengan menyebut, hal ini disebabkan anak-anak senang bermain dengan hewan, terutama anjing peliharaan.
Baca juga: IDAI Minta Masyarakat Lakukan 3 Hal Ini Jika Digigit Anjing Rabies
"40 persen kasus rabies terjadi pada anak-anak. Kenapa banyak terjadi pada anak-anak? Kita ketahui, anak-anak senang bermain dengan binatang, sering bergaul akrab dengan binatang," kata Novie dalam konferensi pers secara daring, Sabtu (17/6/2023).
Novie menyampaikan, penularannya bisa melalui gigitan dan non-gigitan.
Penularan melalui gigitan bisa terjadi karena air liur mengandung virus dari hewan reservoir rabies ini masuk ke tubuh manusia melalui luka gigitan.
Sementara itu, penularan melalui non-gigitan terjadi melalui jilatan, goresan, dan cakaran dari pembawa virus rabies pada kulit terbuka atau mukosa seperti bibir, kelopak mata, dan kemaluan.
"Ada juga laporan di Amerika Serikat rabies menular lewat transplantasi organ. Pada tahun 1970-an ada pemuda AS yang meninggal, organ tubuh didonorkan kepada 14 orang. Otomatis virus rabies pindah ke organ yang didonorkan, akhirnya satu demi satu penerima organ meninggal," beber Novie.
Baca juga: Pentingnya Vaksin Rabies Setahun Sekali untuk Hewan Peliharaan
Kendati begitu, dia menyampaikan, rabies dapat dicegah. Salah satunya dengan melakukan vaksinasi pada 70 persen populasi anjing.
Pasalnya, jika hewan pembawa rabies ini masih berkeliaran dan tidak terlindungi oleh vaksin, maka rabies bisa menular ke manusia.
Adapun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah mengadakan vaksin rabies untuk manusia sebanyak 241.700 vial dan serum rabies sebanyak 1.650 vial.
Sebanyak 227.000 vial vaksin dan 1.550 serum telah didistribusikan ke berbagai provinsi.
"Jadi rabies dapat dicegah asalkan 70 persen anjing dalam populasi minimal mendapat vaksinasi. Rabies mematikan namun dapat dicegah," beber dia.
Baca juga: Kemenkes: Kasus Rabies Meningkat pada 2022, Kemungkinan karena Pandemi Covid-19
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies hingga April 2023.
Di samping itu, terdapat 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies, dan 11 kasus kematian di Indonesia.
Saat ini, ada 26 provinsi yang menjadi endemis rabies. Namun, hanya ada 11 provinsi yang bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
Di samping itu, banyak pulau yang bebas rabies di Indonesia, yaitu Pulau Sumba, Pulau Tabuan, Pulau Pisang di Lampung, Pulau Meranti di Riau, Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat, Kepulauan Sintaro di Sulawesi Selatan, Pulau Nunukan, Pulau Batik, dan Pulau Tarakan di Kalimantan Utara.
Kemudian, terdapat dua kabupaten yang menyatakan kejadian luar biasa (KLB) rabies, yaitu Kabupaten Sikka, NTT dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.