Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/06/2023, 10:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MELIHAT petinggi partai wira-wiri, dari Istana ke “markas” parpol, disambung kongkow di warung lesehan, ngumpul di bakul nasi goreng dan sebagainya, meski tak cerdas benar soal politik, kita tahu mereka sedang main sandiwara politik ala Hoffman.

Sebagian terlihat sekali niatnya ingin dapat “perahu pelampung” yang paling tahan bocor dan pasti bisa mengapung, yang lainnya mungkin cukup sampai pada batas ikut “numpang tenar”, alias “panjat sosial”, alias disfemisme dalam bahasa orang pintar politik.    
             
Memainkan politik jalan pintas kelihatannya tak lagi malu-malu. Ada banyak kalangan politisi berkeluh kesah, jika setelah sekian lama menumpang di parpol tertentu, berkiprah dan menjadi corong di garda paling depan, dengan tujuan ingin nyalon jadi eksekutif ternyata gatot—gagal total.

Bukan soal kredibilitas dan kapabilitas, dan juga bukan soal nomor urut, tapi ini soal munculnya tokoh-tokoh dadakan kelas atas yang tiba-tiba masuk barisan dan membuyarkan rencana para senior yang sudah berkalang tanah di dalam parpol selama bertahun-tahun, penuh “dedikasi” dan berharap pamrih terakhir mendapat kursi yang layak.

Dalam sebuah podcast di mana Kaesang Pangarep hadir sebagai tamu, obrolan kesana kemari akhirnya sampai pada titik pertanyaan,“mengapa Kaesang tak mengikut jejak Gibran berpolitik?”

Meskipun dijawab senda gurau, beberapa bulan lalu, santer tersiar kabar bahwa Kaesang ingin menceburkan diri ke danau politik praktis, setelah sebelumnya dibocorkan rahasianya oleh Gibran Rakabuming Raka.

Eh, hari ini kita sudah bisa melihat baliho dan spanduknya bertebaran di jalanan Kota Depok, Jawa Barat.

Menariknya adalah karena Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang menjadi pengusungnya. Setelah sebelumnya PSI pernah merasakan cinta bertepuk sebelah tangan, saat mendorong Ganjar Pranowo sebagai bakal capres, tapi justru parpol PDIP, induk semangnya saat itu malah ngotot memilih Puan Maharani. Namun belakangan memilih Ganjar.

Kini parpol berlambang setangkai mawar mencoba peruntungan baru, melihat peluang dengan melempar “dadu” politik. Siapa tahu disambut dan setidaknya PSI akan dapat nama.

Terserah apapun kata masyarakat soal aksi “cek ombak” politiknya itu—mau dibilang pansos, atau manuver cerdas.

Karena jika langkah politiknya itu bak gayung bersambut, ternyata mendapat respons publik, maka nama PSI akan terangkat lagi melalui langkah kaki Kaesang, putra dari Jokowi yang saat ini masih menjabat presiden sah.

Ada yang bilang ini adalah bagian dari cawe-cawe politik PSI karena melihat gelagat politik cawe-cawe tahun politik kali ini memang berbeda sekali dengan era presiden-presiden sebelumnya, yang tak berani blak-blakan ikut menjadi “king maker”.

Langkah Jokowi yang ingin secara khusus memilih sendiri capres-cawapres mana yang layak menjadi penggantinya karena khawatir soal legacy dan keberlanjutan pembangunan serta langkah politiknya, banyak menuai kritikan seperti disuarakan Jusuf Kalla dan Amien Rais yang melihat gelagat politik tidak sehat.

Politik cawe-cawe yang menular

Ibarat pandemi, cawe-cawe presiden ternyata memang berbuntut memancing parpol ikut bermain-main dalam pusaran politik. PSI kini bahkan blak-blakan berani menjadikan Kaesang seolah menjadi umpan.

Apalagi langkah kaki Jokowi dan Gibran di politik belakangan menjadi fenomena yang tidak biasa. Ketika “pertarungan” sesungguhnya terlihat mulai kentara.

Dasarnya tentu saja soal legacy dan keberlanjutan pembangunan yang sejauh ini kita amati sedang “diperjuangkan” oleh Jokowi. Meskipun ini menjadi hal yang tak biasa ketika presiden bermain terlalu jauh kedalam pusaran ombak politik.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

'Kode Keras' dari Kemayoran: Jokowi Dukung Ganjar Pranowo

"Kode Keras" dari Kemayoran: Jokowi Dukung Ganjar Pranowo

Nasional
Pernyataan Megawati Dinilai Bikin Wacana Duet Prabowo-Ganjar 'Good Bye'

Pernyataan Megawati Dinilai Bikin Wacana Duet Prabowo-Ganjar "Good Bye"

Nasional
Menerka Sosok 'Orang Spesial' yang Ditemui Ganjar di Surabaya

Menerka Sosok "Orang Spesial" yang Ditemui Ganjar di Surabaya

Nasional
Sinyal Penolakan Megawati Duet Ganjar dengan Prabowo

Sinyal Penolakan Megawati Duet Ganjar dengan Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Mahfud Minta Temuan 12 Senpi di Rumah Mentan Diusut | Megawati Tiap Malam Mohon Petunjuk Tuhan

[POPULER NASIONAL] Mahfud Minta Temuan 12 Senpi di Rumah Mentan Diusut | Megawati Tiap Malam Mohon Petunjuk Tuhan

Nasional
Para Menteri Jadi Model dan Jalan di Catwalk, Jokowi: Ya Masa Serius Terus

Para Menteri Jadi Model dan Jalan di Catwalk, Jokowi: Ya Masa Serius Terus

Nasional
Prananda Prabowo: Melalui Rakernas, PDI-P Tunjukkan Soliditas Hadapi Pemilu 2024

Prananda Prabowo: Melalui Rakernas, PDI-P Tunjukkan Soliditas Hadapi Pemilu 2024

Nasional
Soal Isu PSN yang Disusupi 'Titipan', Jokowi: Proyek yang Mana, yang Titip Siapa?

Soal Isu PSN yang Disusupi "Titipan", Jokowi: Proyek yang Mana, yang Titip Siapa?

Nasional
Ditanya soal Isu 'Reshuffle', Jokowi: Dengar dari Mana?

Ditanya soal Isu "Reshuffle", Jokowi: Dengar dari Mana?

Nasional
Mahfud: Perkuat Persatuan pada Tahun Politik, Biasanya Bibit Perpecahan Akan Muncul

Mahfud: Perkuat Persatuan pada Tahun Politik, Biasanya Bibit Perpecahan Akan Muncul

Nasional
Soal Kaesang Jadi Ketum PSI Usai 2 Hari Gabung, Grace Natalie: Buat Apa Kaderisasi Bertahun-tahun kalau Ujungnya Korupsi?

Soal Kaesang Jadi Ketum PSI Usai 2 Hari Gabung, Grace Natalie: Buat Apa Kaderisasi Bertahun-tahun kalau Ujungnya Korupsi?

Nasional
Parade Istana Berbatik, dari Gubernur hingga Dubes Negara Sahabat Jalan di Catwalk di Hadapan Jokowi

Parade Istana Berbatik, dari Gubernur hingga Dubes Negara Sahabat Jalan di Catwalk di Hadapan Jokowi

Nasional
TNI AL Punya Drone Baru untuk Pengamanan SDA Maritim Indonesia

TNI AL Punya Drone Baru untuk Pengamanan SDA Maritim Indonesia

Nasional
Istrinya Anggota KY, Hakim MK Terpilih Arsul Sani: Tak Ada Benturan Kepentingan

Istrinya Anggota KY, Hakim MK Terpilih Arsul Sani: Tak Ada Benturan Kepentingan

Nasional
24 Jam Setelah Kaesang Jadi Ketum, Grace Natalie Sebut Anggota PSI Bertambah Lebih dari 1.000

24 Jam Setelah Kaesang Jadi Ketum, Grace Natalie Sebut Anggota PSI Bertambah Lebih dari 1.000

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com