Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

Prabowo "Match Point", Gibran Ikut "Main"

Kompas.com - 23/05/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Maka konsekuensi itu bisa menjadi pilihan mendekati “harga mati” daripada tidak pernah muncul dipajang di samping RI-1. Begitulah kurang lebih skenario liarnya.

Nyatanya semua itu kemudian "dianulir" dengan pernyataan sikap Gibran untuk terus tegak lurus mengikut Ketum PDIP Megawai Soekarnoputri, sebagai komitmen kader muda, setelah Gibran diundang petinggi PDIP.

Publik tentu berpraduga jika undangan itu adalah upaya meminta klarifikasi Gibran atas "langkah politiknya".

Terlepas dari wujud teori Dramaturgi Hoffman, politik sebagai “panggung sandiwara”, kita tidak tau persis, apakah sikap Gibran melakukan sowan politik dengan Prabowo, sekadar penghormatan dalam kapasitas sebagai Menteri saja, ataukah sesungguhnya memang benar "ada apa-apanya".

Buktinya adalah pernyataan sikap para relawan-balanya Gibran dan Jokowi yang akan mendukung Prabowo dalam suksesi Pilpres 2024.

Anggap saja semuanya selesai setelah klarifikasi. Persis kasus Ganjar ketika ditodong oleh seorang penyiar televisi soal pencapresannya yang kemudian membuat gaduh PDIP dan petingginya.

Dan cukup dengan pemberian sanksi saja, Ganjar sebagai kader militan partai langsung sendiko dawuh mengikut kebijakan partai dan ketumnya.

Match point Prabowo

Jika tetap kukuh bertahan dengan pilihan menjadi capres di bawah panji Partai Gerindra, Prabowo harus cermat memilih cawapresnya. Jika tidak, maka akan bernasib sama, kalah keempat kalinya.

Dan pilihan itu tidak mudah, karena beberapa nama yang muncul sebagai bakal calon wapresnya memiliki elektabilitas yang pas-pasan.

Sementara memaksa bergabung dengan koalisi yang sudah mulai rapat barisannya seperti Nasdem, PKS dan Demokrat sudah semakin rapat tertutup. Apalagi di sana ada AHY yang partainya menyimpan perolehan kursi yang tidak sedikit, dan ia juga berminat pada kursi yang sama dengan Prabowo jika memilih mengalah bergabung dengan koalisi besar.

Jika melirik Partai Golkar, sesuai dengan keputusan internal partai, Airlangga tetap akan maju sebagai capres. Meski Golkar adalah partai dengan kursi mayoritas juga, namun secara elektabilitas calonnya masih tak sepopuler dirinya (Prabowo) dan dua rivalitasnya, yaitu Ganjar dan Anies.

Jadi itu juga pilihan yang sedikit riskan jika targetnya adalah menang, karena di seberang sana ada PDIP yang kelihatan makin semringah, dan Anies Baswedan yang selalu mendapat dukungan kuat dari publik.

Kita sulit menebak bagaimana bandul politik akan berayun. Kita selalu mendengar bayolan satir, “jika ada serangan fajar, ambil uangnya, buang amplopnya”.

Itu bukan hal aneh terjadi dalam politik, tapi siapa yang bisa memastikan jika, pemilih hanya akan “mengambil uang” dan “membuang amplopnya?”

Prabowo tentu tak mau berspekulasi lagi. Paling tidak, Pilpres kali ini adalah posisi Match Point buatnya, posisi ketika pemain yang unggul (capres kuat 2024), tinggal berjarak satu poin lagi untuk menutup permainan yang menentukan akhir pertandingan.

Namun mengapa harus Gibran yang menggiring para relawan dalam barisan mendukung Prabowo? Mengapa wacana yang muncul bukan menggalang kekuatan pendukung Prabowo agar masuk dalam pusaran kekuatan PDIP?

Jika Prabowo tidak berhati-hati melangkahkan kakinya, bisa terperosok ke dalam lubang. Begitu juga dengan langkah Gibran saat ini. Politik memang seperti laut, sulit ditebak dalamnya!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang Online dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang Online dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com